Monday, June 19, 2017

Menembus Batas

“Dalam doa malamku, kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan dengan rasa sakit yang entah batasnya.” – Sapardi Djoko Damono

Kau tahu? Di sepertiga malam, aku menangis. Entah apa penyebabnya, aku hanya merasa sakit, perih, disebabkan karena luka yang belum sembuh. Entah mengapa rasa sakit ini tiada batasnya, entah sampai kapan aku akan mengingat semua ini. Apa kau pernah merasakan yang aku rasa? Coba ku tanya lagi, apa kau pernah berada di posisi ketika tak ada satu orang pun yang mengertimu, hingga akhirnya jiwamu lelah pun ragamu. Apa kamu juga pernah merasakan merindukan seorang yang entah merindukanmu juga atau merindukan sosok yang lain, dan parahnya kamu tidak bisa berbuat apapun untuk membayar rasa rindumu itu. Apa kau pernah merasakan semenyakitkan ini, menangis sampai tak bersuara, berusaha menahan luka dalam hatimu.
Aku lelah, aku benci, aku marah; namun tak ada yang mendengarku, tak ada yang mengertiku, aku kecewa. Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan? Aku hanya butuh didengar, aku butuh untuk dimengerti, aku butuh untuk diperhatikan karena selama ini aku selalu mendengar, mengerti, dan memperhatikan. Seolah-olah di dunia ini tak ada yang mau mengertiku.
Dalam posisi ini, aku merasa adanya ketidakadilan dalam hidup ini, meskipun begitu aku tahu bahwa dalam ketidakadilan itu tersembunyi keadilan. Jangan kau tanya maksudnya apa, renungkan saja sampai kau mengerti.
Aku lelah, lelah sekali, sampai kapan aku harus menunggu. Aku sudah sangat sabar menunggu sangat lama, lantas kapankah waktu itu akan tiba? Aku lelah, amat sangat, namun aku masih belum menyerah.
Aku muak, aku benci, aku bosan; bebaskan aku, aku ingin terbang ke negeri yang belum ku pijaki. Aku ingin berkelana, bertemu teman baru, memperolah pengetahuan baru, mengenal budaya baru.

Aku pusing, sangat; jangan tekan aku... biarkan aku terbang jauh, bebas, menembus batas...
Baca Selengkapnya

Kado Ultahku




         Raihan bukan adikku, tapi Raihan sudah kuanggap seperti adikku. Raihan adalah sahabatku sejak dia lahir, ya sejak kecil aku selalu berman dengan dia, mengajari dia banyak hal. Aku ingat waktu itu aku masih kelas 4 SD ketika Raihan lahir, dari sejak itu aku selalu bermain dengannya. Garis waktu merangkak maju, aku mendewasa pun dia tumbuh beranjak dewasa. Sampai sekarang ketika aku sudah dewasa dan aku kuliah di luar kota, aku masih bermain dengan Raihan. Setiap aku pulang ke rumah, Raihan selalu menungguku, tak peduli kapan aku sampai di rumah, walaupun aku sampai di rumah malam hari, dia tetap setia menungguku. Mungkin sekarang tidak seperti dulu, ya dulu kita bermain di luar rumah selayaknya anak kecil lainnya. Sekarang waktu dihabiskan di dalam rumah, cukup bermain game saja dan membaca majalah atau komik, atau hanya sekedar bercerita tentang pengalamannya di sekolah. Itu sudah cukup untuk membalas waktu yang sudah terampas oleh jarak.
                 Kado ulang tahun aku
Raihan : Katanya kalau aku ulang tahun akan kasih kado buat aku ? ...........
Bohong aja mba ifah !
Afifah : Aku tidak berbohong!!!!
Raihan : Bohong tetap bohong kalau tidak bohong mana kadonya?
Afifah : Kado majalah waktu itu, kamu lupa?????
Raihan : Majalah mana ??????
Afifah : Majalah  bobo, kamu lupa???
Raihan : Katanya buat aku bukan buat kado aku, kamu lupa kalau kita tukeran majalah hahaha!!!!!!
Afifah : Tukeran majalah apa?
Raihan : Avatar ?????
Afifah : Itu bukan majalah, tapi komik! Kan aku kasih kamu komik hahaha
Raihan : Komik apa?
Afifah : Komik one piece! Kamu lupa????
Raihan : Komik one piece apa mana kamu sendiri yg sembunyiin hah..................?
Afifah : Kamu mau kado apa????
Raihan : Permainan coc titik gak pake koma !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Afifah : Ga bisa di instal di hp!!!!
Raihan : Kalau gak bisa mobil-mobilan
Afifah : Mobil-mobilan apaaaa?///
Raihan : Mobil-mobilan bukan sembarang mobil-mobilan tapi mobil robot
Afifah : Aku ga punya duit!!!!!
Raihan : Ah paya banget kalau gak bisa ke kebun binatang yu
Afifah : Kebun binatang dimanaaa? Ragunan?
Raihan : Ya ya ya


Dan begitulah dia yang bercita-cita menjadi seorang dokter hewan, yang mengoleksi berbagai macam hewan piaraan. Keinginannya ketika ulang tahun hanya ke kebun binatang, selalu seperti itu tak pernah bosan wkwkw benar-benar absurd dan nirfaedah postingan kali ini, sorry yaaaa 
Baca Selengkapnya

Sunday, June 11, 2017

Surat Untuk Juni

Juni 2050,
Aku membuka kotak berwarna biru yang tersimpan rapi di atas lemari. Tampak dari luar, kotak ini berdebu dan usang. Ku buka dan ku lihat banyak kertas didalamnya dan beberapa benda yang tampak rapuh. Ku buka dan ku baca salah satu surat tertulis bulan Juni untuk bab memeluk rasa sakit.

Tentang Memeluk Rasa Sakit

Surat Untuk Juni
Cirebon, 3-4 Juni 2017

Bonjour Juin!
Apa kabar? Juni bagiku punya arti sendiri, tidak terasa kini sudah juni lagi. Juni datang dengan suasana yang berbeda dan siap menerima kenangan yang baru. Awal Juni kali ini disambut dengan rintik hujan di pagi hari dan semilir angin dingin, semerbak menebar wangi rindu.
Biarkan aku bertanya satu hal padamu, Juni : Bertemukah kau dengan sang puas dan atau benar senangkah rasa hatimu?
Dan biarkan aku memberikan satu pernyataan padamu, Juni : Non, rien de rien. Non, je ne regrette rien. Ni le bien qu’on m’a fait. Ni le mal; tout ca m’est bien egal.
Aku tiba di Stasiun Cirebon Prujakan siang ini dengan menggunakan kereta yang sama seperti setahun yang lalu. Ya, setahun yang lalu, tahun penuh warna, tahun penuh kebahagiaan. Entah mengapa kini pulang menjadi berbeda, pulang kini mengiris tajam dihatiku, perih, ngilu, ah semua itu tak lain karena disebabkan oleh kamu.
Ketika kini ku sadari bahwa kita tak lagi seperti dulu, bahwa diri kita telah terpisah jauh, bukan tubuh saja melainkan juga hati. Mengingat semua itu membuatku ingin menangis, bukan karena aku cengeng, ah ya mungkin saja bagimu aku cengeng, berlebihan dan apalah itu kata yang sepadan untuk menggambarkan tabiatku. Terlebih dari semua itu, mengingat kenangan kita yang pernah kita ciptakan bersama saat dulu membuatku seperti mengelupas bekas luka yang belum kering, perih, perih sekali.
Mengapa juga ini semua terjadi? Katamu, kau akan menunggu di titik 250? Katamu, kita akan bertemu lagi di stasiun kereta api? Katamu, katamu hanya kekata saja tanpa makna. Kamu spesies penghianatkah? Ya, penghianat kelas kakap, pembual nomer satu.
Kejadian hari ini membuatku merasakan déjà vu, karena tepat di tanggal 4 setahun yang lalu untuk pertama kalinya bertemu setelah dua tahun terpisah. Dengan menaiki kereta yang sama dan waktu yang sama membuatku seperti melihat ke belakang, ini mimpikah? Aku masih belum percaya bahwa pada akhirnya kita berpisah juga. Sepanjang perjalanan ini aku bertanya-tanya, ah resiko aku saja yang memang memiliki ingatan tajam sehingga semua memori tentangmu tak bisa ku lupa. Mengapa juga pada akhirnya kita berpisah? Mengapa kamu yang dulu mencintaiku kini berpaling dariku? Apakah dulu kau tak benar-benar mencintaiku? Namun, ku lihat dari matamu kala itu terpancar ketulusan. Lantas, mengapa kamu berubah begitu cepat? Wanita penggoda seperti apa yang berhasil mengalihkan aku dari hatimu? Lebih baikkah dia dariku? Ku rasa tidak. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tak akan menjadi wanita seperti itu yang dengan seenaknya merebut kebahagiaan perempuan lain. Jika aku berkata demikian, maka kau akan membela wanita itu yang saat ini sudah menjadi kekasihmu. Ah payah! Lalu aku apa? Bedebah! Persetan dengan semua itu! Seseorang pernah berkata bahwa;”sebodoh-bodohnya kamu, jangan pernah rendahkan dirimu dengan merusak hubungan orang lain.” Maka, ku akan pegang teguh prinsip itu.
Ku juga pegang teguh prinsip tentang kepemilikan bahwa walaupun aku tak bisa memiliki apa yang aku mau, setidaknya aku tidak mati-matian merebut milik orang lain.
Juni tak lagi sama, juni telah memberi luka. Hujan di bulan juni benar-benar membuatku terguguh, langit abu-abu dan angin yang membawa semilir rindu, ah nampaknya alam benar-benar mengejekku. Juni tak seindah dulu, juni benar-benar kelabu karena tak ada kamu, juni membawa nyanyian sendu. Bahwa apakah kamu tahu tadi saat keretaku sampai, aku mengingat kejadian setahun yang lalu saat aku malu-malu bertemu denganmu. Kau tahu, kejadian tersebut seperti diputar kembali dan aku menyaksikan kita yang dulu. Mengapa aku begini? Imajinasiku yang terlalu tinggi atau kau dan kenangan kita masih terekam dan bertahta di sistem limbik otakku? Ku rasa itu perpaduan keduanya.
Aku ingin menangis, berteriak sampai histeris. Ini tidak adil! Teramat sangat tidak adil. Mengapa kau menghianatiku? Mengapa kau mengingkari janjimu? Mengapa kau menelan ludahmu? Mengapa dan mengapa, tanpa ku tahu apa jawabnya. Tempat ini menyimpan banyak kenangan, tentang pertemuan dan perpisahan kita yang ku pikir itu bukan perpisahan.
Aku rindu, sangat rindu, namun aku tidak pantas untuk merindukanmu karena kau bukan milikku. Namun, aku juga berhak merindukanmu, selama kau belum sah menjadi miliknya. Ku merindukan juni kita yang penuh cerita, yang penuh canda tawa, yang bahagia, yang penuh dengan... cinta. Juni dimana kita tertawa, tersipu malu, menghabiskan waktu, memandang langit malam yang dihiasi padang bulan, ah ingatkah kamu? Kala itu sungguh indah, hingga alam pun bersuka cita. Aku tidak akan pernah melupakannya, biar saja itu semua menjadi kenangan yang tersimpan rapi di otakku.
Aku bukannya tidak bisa move on dari kamu, aku hanya butuh waktu. Kau tau melupakan orang yang benar-benar kita cinta tak semudah yang dikira, tidak seperti kamu yang baru seminggu putus denganku sudah memiliki pacar baru. Di dalam artikel “The 5 stages of Grieving The End of Relationship” oleh Jennifer Kromberg disebutkan ada 5 tahap yang dilalui seseorang yang sedang berduka (grieving) karena berakhirnya sebuah hubungan; yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).
Aku menangis, bukan karena aku menyesali semua yang telah terjadi, tidak, aku tidak akan menyesal. Aku menangis karena bersyukur bahwa semua itu telah terjadi. Maka lebih baik patah hati, dari pada tidak sama sekali.


Tertanda,
Orang yang berjiwa kuat.




Baca Selengkapnya

Wednesday, June 7, 2017

Kepada yang Sedang Patah Hati

Kepada yang sedang patah hati...
Mungkin kamu sering dianggap tidak bisa move on oleh orang-orang disekitarmu ketika mereka melihatmu yang masih terkenang akan mantanmu. Mungkin kamu hanya butuh waktu, memang benar melupakan orang yang benar-benar kau cinta tak semudah yang dikira, tidak seperti si dia yang baru seminggu putus denganmu sudah memiliki pacar baru. Di dalam artikel “The 5 stages of Grieving The End of Relationship” oleh Jennifer Kromberg disebutkan ada 5 tahap yang dilalui seseorang yang sedang berduka (grieving) karena berakhirnya sebuah hubungan.
Tahap 1 : penyangkalan (denial)
Di sini kita masih belum bisa menerima kenyataan bahwa hubungan sudah berakhir. Kita masih menyimpan fantasi bahwa hubungan kita belum benar-benar berakhir atau masih ada secercah harapan untuk memulihkan hubungan tersebut. Di tahap ini, cewek rentan tergoda mengirim teks kangen kepada mantan.
Tahap 2 : marah (anger)
Sesudah penyangkalan, tibalah tahap kemarahan. Kemarahan ini bisa muncul dalam berbagai manifestasi. Marah kepada mantan, “kenapa kamu bisa sejahat ini? Apa salahku?”. Marah kepada orang-orang lain yang tak bersalah, marah kepada teman-temanmu yang masih berteman dengan mantan. Di fase ini, rasanya kita ingin marah kepada semua orang dan ingin mengirim pesan teks memaki-maki ke mantan.
Tahap 3 : tawar-menawar (bargaining)
Tahap ini terkadang terjadi bersamaan dengan penyangkalan. Pada tahap ini, si cewek berusaha lagi untuk mengembalikan hubungan tersebut. Bisa dengan mengemis dan memberi janji-janji, intinya ingin balikan.
Tahap 4 : depresi (depression)
Hidup sudah tidak ada rasanya. Bahkan, indomie goreng favorit pun terasa hambar. Semua cowok ganteng bagaikan tidak ada rasanya. Kamu merasa dunia sudah berakhir dan tidak ada lagi masa depan.
Tahap 5 : penerimaan (acceptance)
Inilah tahap terakhir saat kamu akhirnya “berdamai” dengan keadaan dan dapat menerima kehilanganmu akan dia. Tahap ini memang tidak terjadi secara instan, tetapi secara bertahap. Penerimaan artinya belajar melepaskan (letting go) dari hubungan yang telah berakhir, lalu mulai move on dari hidup. Jika rasanya tahap ini tidak kunjung datang, mungkin karena masih nyangkut di tahap sebelumnya.

Untukmu yang sedang patah hati, kau harus tau mengenai tahap di atas karena agar kau mengerti bahwa situasi jungkir balik emosional yang sedang kau rasakan sesudah putus cinta adalah normal. Selain itu, mengerti berbagai tahapan di atas juga bisa membantumu menahan diri dari melakukan hal-hal yang gegabah. Kalau kamu lebih mengerti apa yang kamu alami , kamu akan lebih bijak dalam mengatur diri sendiri. Selain itu, kita bisa mengerti bahwa proses move on memerlukan waktu. Bahwa tidak ada proses pemulihan dari berakhirnya hubungan yangn terjadi secara instan. Walaupun memakan waktu, percayalah bahwa pada akhirnya kamu akan kembali baik-baik saja.

Sumber : Manamoring, Henry. 2015. The Alpha Girl’s Guide. Jakarta : Gagas Media.



Baca Selengkapnya

Thursday, June 1, 2017

Hujan Bulan November




November 2016
Just Friend
I know that I don’t own you,
And perhaps I never will,
So my anger when you’re with her,
I have no right to feel.
I know you don’t own me,
And I shouldn’t ask for more,
I shouldn’t feel so let down,
All the times when you don’t call.
When I feel I shouldn’t show you,
So when you’re around I won’t,
I know I’ve no right to feel it,
But it doesn’t mean I don’t.



Baca Selengkapnya