Sunday, November 27, 2022

Kisah Inspiratif Siti Salamah Sang Penggebrak Solusi Permasalahan Sampah dan Pemulung

Persoalan sampah di Indonesia merupakan masalah klasik yang rumit untuk dientaskan dan menjadi suatu tantangan tersendiri. Kurangnya kesadaran individu tentang pengelolaan sampah merupakan salah satu pemicunya. Sampah yang bertebaran di lingkungan sekitar hingga membentuk gunungan dan menimbulkan bau menyengat merupakan hal lazim yang sering dijumpai di Indonesia. Kurangnya edukasi terhadap jenis sampah dan pilah-pilih dalam membuang sampah juga menjadi katalis dalam penumpukan dan permasalahan sampah yang tak kunjung usai.

Tak berhenti di situ saja, di tempat pembuangan akhir pun sampah menggunung, tercampur segala jenis sampah, memicu berbagai macam polusi, dan pencemaran tanah. Layaknya efek domino, sampah yang tercemar juga berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan bumi. Pasalnya, sampah memicu tersebarnya penyakit ke manusia dan juga menyebabkan terjadinya gas metan. Gas metan ini akan meledak dan bisa menyebabkan efek rumah kaca.

Lalu, dari manakah penyumbang sampah terbesar di Indonesia? Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilansir dari dataindonesia.id, mayoritas sampah yang ada di Indonesia pada 2021 bersumber dari rumah tangga, yakni sebanyak yakni 42,23%. Sementara itu, berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menyebutkan bahwa jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 29,8 juta ton sepanjang tahun 2021. Sampah plastik menempati urutan terbanyak, yakni sebesar 17,54%.

Salah satu elemen yang berperan dalam pengelolaan dan penanganan sampah adalah pemulung. Hal ini karena para pemulung memiliki keterampilan dalam memilah sampah, mendaur ulang, dan bahkan meningkatkan kembali nilai guna suatu barang yang sudah dianggap sampah. Meskipun begitu, hadirnya pemulung menjadi sebuah dilema sosial. Hal ini karena profesi pemulung merupakan profesi informal yang sering mendapatkan cap negatif, dianggap sebagai pengganggu, dan menjadi masalah sosial.

Melihat adanya dua masalah yang saling berkaitan ini, yaitu masalah sampah dan pemulung, tercetuslah sebuah ide dari perempuan hebat. Ia adalah Siti Salamah yang tergerak hatinya untuk menyelesaikan permasalahan sampah dan pemulung di lingkungan tempat tinggalnya. Ia merupakan warga Tangerang Selatan. Pada awalnya, ia tergerak untuk mengelola Lapak Pemulung di tahun 2015 dengan menggagas kegiatan sosial dalam bidang pendidikan Islam, seperti Maghrib Mengaji. Seiring dengan berjalannya waktu, ia melihat bahwa mereka juga membutuhkan pendidikan lainnya, sehingga ia menginisiasi kegiatan belajar mengajar di Lapak Pemulung. Selain memberikan edukasi dalam bidang pendidikan agama dan umum, ia juga memberikan edukasi seputar pengelolaan sampah dan program pemberdayaan pemulung.

Meskipun perjuangannya tidak mudah dalam mengedukasi masyarakat Lapak Pemulung di Jurang Mangu, Tangerang Selatan, tetapi Siti tetap gigih. Banyak rintangan yang ia lewati, penolakan masyarakat pemulung juga sering ia hadapi. Namun, usaha keras tidak mengkhianati hasil. Lambat laun perjuangannya membuahkan hasil yang positif. Banyak anak pemulung yang bisa mengenyam pendidikan dan masyarakat pemulung yang teredukasi atas program yang Siti rancang.

Pada tahun 2019, Siti Salamah berkolaborasi dengan dua rekannya menggagas start up dengan nama Waste Solution Hub. Permasalahan sampah dan kesejahteraan pemulung merupakan modal utama yang membuatnya tergerak untuk menciptakan program Waste Solution Hub. Pendekatan yang ia lakukan dalam menjalankan program ini adalah berdasarkan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi berbasis teknologi.

                                               Sumber foto: SATU Indonesia Award

Waste Solution Hub berfokus pada consulting, creating, empowering, dan solving. Keempat poin tersebut sudah mencakup konsultasi berkelanjutan dan pelatihan pemberdayaan pemulung dengan pendekatan win-win-solution. Selain itu, program yang diciptakan pun banyak, seperti pengelolaan sampah event dan cluster perumahan yang dikelola secara end-to-end agar bisa menambah nilai keberlanjutan.

Upaya yang dilakukan Siti Bersama Waste Solution Hub membuahkan hasil yang positif. Pasalnya, hingga kini Waste Solution Hub telah mampu mengedukasi lebih dari 23.435 orang dalam setiap programnya. Jumlah pemulung yang telah diberdayakan sebanyak lebih dari 1.222 orang di wilayah Tangerang Selatan, lebih dari 171 sukarelawan yang terlibat, dan jumlah sampah yang dikelola mencapai lebih dari 4.388 kilogram. Bukan sampai di situ saja, Waste Solution Hub juga menginisiasi kegiatan sosial berupa donasi untuk pekerja informal (pemulung) selama pandemi mendistribusikan sebanyak 5.006 paket sembako.

Kegigihan Siti Salamah dalam menyejahterakan pemulung sekaligus mengatasi permasalahan sampah di Indonesia mendapatkan banyak apresiasi. Waste Solution Hub mendapatkan penghargaan bertaraf nasional dari PT. Astra International Tbk. Dalam kategori Kelompok sebagai penggerak Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi oleh SATU Indonesia Award yang diselenggarakan Astra. Siti Salamah merupakan salah satu sosok inspiratif yang mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award, masih banyak anak bangsa lainnya yang luar biasa dan mendapatkan apresiasi dari Astra.

Siti Salamah memiliki target dan cita-cita untuk kedepannya. Melalui Waste Solution Hub, ia memiliki target 10.000 mitra pemulung, meningkatkan pendapatan sebanyak 100 persen, mengelola 1.000 ton sampah per hari, menghasilkan lebih dari 1.000 produk daur ulang, dan mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang dan pembelajaran di seluruh Indonesia.

Semoga kedepannya semakin banyak anak bangsa yang inspiratif dan memberikan solusi bagi permasalahan sosial di Indonesia. Semoga dengan membaca kisah Siti Salamah, kita bisa termotivasi untuk melakukan perubahan di sekitar kita ke arah yang lebih baik dan positif. Semoga semakin banyak apresiasi yang diberikan kepada anak bangsa yang menciptakan gebrakan positif. Terima kasih telah membaca tulisan ini.

Baca Selengkapnya