Wednesday, December 9, 2020

Surat untuk Desember

Untuk bulan keduabelas setelah hari-hari berat yang menyesakkan, datang lagi dengan setumpuk harapan baru.

Untuk tahun yang penuh dengan air mata, ketakutan, kesendirian, dan segala hal yang tidak menyenangkan.

Hai, kumohon jadilah hal terakhir yang baik di tahun yang kebanyakan menilai tidak baik. Masih ada secercah harapan bukan? Ya, aku percaya karena setelah gelap, maka terbitlah terang. Setelah hujan deras, terbitlah reda, pelangi yang juga kadang membawa warna-warni yang baru.

Kau adalah penghujung, penutup, dan akhir dari segala yang telah terjadi di 366 hari, maka jadilah 31 hari-hari baik yang terwujud, jadilah keajaiban yang ditunggu-tunggu untuk datang, jadilah segala yang telah disemogakan.

Hal-hal baik dan kebahagiaan akan datang setelah perjuangan dan air mata, kuncup itu akan mekar juga menjadi bunga senyuman yang indah. Usaha keras tidak akan pernah menghianati hasil.

Meski masih ada ketakutan dan keraguan, tapi percayalah segalanya akan dipermudah.

Jangan takut pada luka dan sakit.

kuatkan hati, bulatkan tekad! apapun yang terjadi, jangan gentar!

Baca Selengkapnya

Saturday, November 7, 2020

Surat untuk November

Rinai hujan di November datang dan pergi setiap hari,

Langit hampir selalu kelabu, seketika menjadi sendu.

Segala hal dan bau hujan di hari yang panjang mengantarkan pada memori nan jauh di masa lalu,

Rasanya baru kemarin teriknya mentari menghampiri hari-hari yang dijalani,

Tetapi masa lalu menjauh, kau pun begitu.

Datang dan pergi seperti musim di dua belas bulan yang silih berganti.

Seperti suasana hati, pun berubah secepat kilat.

Kadang bahagia, ceria, menangis, bersemangat lagi, jatuh, bangkit lagi, terus berputar lagi.

Begitu juga ketakutan, pun kerap kali menghantui, pada hal-hal yang juga belum pasti, pada hari depan, bahkan saat ini.

Lalu terlintas dalam pikiran, memori itu sudah jauh sekali,

Ah aku rindu, pada hari dulu, pada masa lalu, di situ.

Lalu berkelibat lagi, hal-hal absurd yang adalah gambaran dari segala suasana hati.

Akankan kita bisa bertemu lagi, pada hari depan di tempat yang diinginkan.

Pada tekanan yang tak tertahankan, ingin kulampiaskan.

Pada suara-suara yang lagi memantul ke arah diri sendiri.

Oh wahai hati, wahai diri, tenanglah sekali lagi.

Segalanya berawal dari pikiran, kendalikanlah, pada hal-hal yang positif, pada hal-hal yang menyenangkan.

Tenanglah wahai diri, tenangkanlah hati wahai kawan, karena kupercaya kita akan menang.

Di hari jauh di masa depan, kita akan tersenyum bangga atas segala hal yang kita lalui, atas segala hal yang kita perjuangkan.

Kupercaya, maka bersemangatlah! Kita akan menang!

Baca Selengkapnya

Saturday, October 10, 2020

Surat untuk Oktober

Tentang ketidakpastian yang selalu mengganggu pikiran,

Pada kesibukan yang selalu mendatangi, pada kegelisahan yang terus menghantui, pada ketakutan yang sering menghinggapi,

Wahai diri, aku ingin kau mengerti.

It’s okay to not be okay, tidak apa-apa jika sekarang sedang merasa tidak baik-baik saja.

Semua rasa itu wajar; tertekan, stres, kecewa, merasa bersalah dan segala hal yang tidak diinginkan.

Menangislah jika ingin menangis, tumpahkan saja segala energi negatif itu.

Aku tahu hatimu terluka, pikiranmu penuh, bebanmu berat.

Namun, aku juga tahu bahumu kuat, hidupmu hebat.

Satu hal yang harus ditekankan, yaitu kamu tidak boleh menyerah karena aku percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing. Kamu pasti bisa tenang dalam keadaan sekeruh apapun.

Jangan cemas dan panik, coba ambil nafas sejenak, coba ingat dan lihat kembali ke belakang bahwa kamu telah melewati banyak hal yang lebih berat.

Lihat dirimu dan percayalah!

Hey kamu kuat, ayo bangkitlah!

 

Baca Selengkapnya

Thursday, September 3, 2020

Surat untuk September

Ketika aku merindumu, kamu merindunya.

Ketika aku ingin bertemu denganmu, kamu ingin dengannya.

Ketika aku ingin memiliki waktu bersamamu, kamu ingin bersamanya.

Setiap kali kamu datang padaku, selalu ada rasa senang sekaligus takut. Ya, aku senang karena kamu datang lagi, namun aku juga takut kamu pergi lagi. 

Bukankah itu siklus kehidupan? Atau itu siklus rasa yang tak abadi?

Entahlah, yang aku tahu pasti bahwa aku ingin kamu menetap.

Aku tahu, terselip keraguan pada pertanyaan yang kau utarakan. Apakah kau sebegitu ingin tahunya alasan di balik rasa ini? Bukankah tidak semua hal selalu mempunyai alasan? Ya, tentu semua ada prosesnya.

Setiap teringat hal itu selalu tersemat rasa takut, pada hal-hal yang belum pasti, pada rasa yang tak abadi, pada janji yang mungkin tak bisa ditepati, pada kepastian yang tidak pasti.

Pada hari esok, lusa, dan hari jauh di masa depan, akankah aku selalu merasa aman?

Tentang ketidaksempurnaan, bukankah kita semua tidak sempurna? Mengapa tak saling melengkapi?

Jangan mencari yang sempurna baru kamu bahagia, tetapi terimalah ketidaksempurnaan itu baru kamu bisa bahagia.

Tentang kebahagiaan, mengapa selalu menanyakan hal ini? Bagaimana kamu mendefinisikannya?

Aku, sederhana saja, ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lainnya terbuka. Namun, seringkali kita terlalu lama melihat pintu yang tertutup itu sehingga kita tidak bisa melihat pintu yang terbuka bagi kita.

Maka lihatlah lebih dekat, sadarilah, mengertilah, dan bersyukurlah.

Baca Selengkapnya

Saturday, August 15, 2020

Surat untuk Agustus

Pertanyaanmu kala itu masih mengganggu pikiranku. Bagaimana mungkin aku mencari laki-laki lain! Bagaimana mungkin! Mengapa kau harus bertanya demikian? Apakah kau tahu bagaimana aku selama ini menjaga hati untuk siapa? Untuk siapa lagi kalau bukan untukmu!

Lantas mengapa kau merasa bingung? aku bingung mengapa kau bingung dan aku bingung mengapa aku harus bingung. 

Perasaan ini kurawat dengan kesabaran dan harapan-harapan baik, pun ku selalu berpikiran positif tentangmu. Apakah kau belum juga melihat tulusku? Mengapa kau meragukanku? 

Ya, memang ini pertanyaan retoris. Memantul ke arah diriku lagi karena kau belum juga akan menjelaskannya atau bahkan sama sekali tak berniat untuk menjelaskannya. Pada akhirnya aku yang harus merenung dan merefleksikannya.

Kenyataan bahwa tidak (lagi) dicintai oleh orang yang dicinta membuat terbentuknya sebuah rasa sadar diri yang menggiring pada keadaan yang tidak baik-baik saja. Mungkin akan berpura-pura menjadi terlihat baik-baik saja agar dilabeli sebagai manusia kuat. 

Aku menyadari bahwa ada alasan di balik segala sikapmu, aku mengerti bahwa segala sesuatu terjadi pasti ada penyebabnya. Komunikasi memang penting agar tidak terjadi sebuah kesalapahaman, namun aku mengerti bahwa tidak segala hal bisa diceritakan dan ada hal yang memang belum bisa dijelaskan saat ini, maka yang hanya bisa dilakukan adalah bersabar sampai kau bisa berbagi cerita.

Dalam kebingungan yang melingkupi pikiran, dalam renungan yang panjang, dalam kesendirian. Aku teringat saat kau bercerita tentang kisah di masa lalumu. Kini aku paham bahwa memang masih ada memorimu tentang seseorang dari masa lalu yang pernah menghiasi hari-harimu. Aku mengerti hatimu pasti sakit sekali. Kini, biar kuberi sedikit kata-kata; tahukah kamu bahwa tahap mencintai yang paling tinggi adalah saat kau bisa mengikhlaskan kepergian seseorang entah itu berpisah karena maut atau dia pergi meninggalkanmu demi seseorang pilihannya yang membuatnya lebih bahagia. 

Selamat menikmati kesakitan yang tak bisa kau tahan. Selamat menikmati kehampaan yang tak berujung. Selamat menikmati tangisan yang tak lagi bersuara.

Namun, satu hal yang harus kau tahu bahwa kesedihanmu jangan berlarut-larut. Kebahagianmu ada pada dirimu sendiri, bukan pada entitas lain. Tersenyumlah dan bangkitlah. Bersyukurlah karena kau layak dicinta. 

Dalam ruang kedap rasa, semoga kamu mengerti bahwa aku begitu berarti. 


Baca Selengkapnya

Tuesday, July 7, 2020

Ada Apa di Dunia Sophie?



Dunia Sophie merupakan sebuah novel filsafat yang ditulis oleh Jostein Gaarder. Novel ini pertama kali diterbitkan pada 1991 dalam bahasa Norwegia dengan judul Sofie’s Verden. Hingga kini, novel ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa di seluruh dunia dan tentu saja membuatnya menjadi novel bestseller. Hal tersebut didapat tentu saja karena novel ini sangat unik, yakni menyampaikan cerita sejarah filsafat dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

Aku pertama kali baca novel ini saat masih sekolah, mungkin saat kelas 11. Ketika itu, aku memutuskan dan tertarik dengan novel ini karena rekomendasi dari salah satu tutor Zenius, yaitu bang Sabda (Rekomendasi Buku). First impression membaca novel ini adalah aku pikir novel ini sungguh absurd, tidak dapat mengerti, tapi sebenarnya sangat menarik! Mengapa begitu? Karena novel ini menceritakan tentang sejarah filsafat!
Dunia Sophie bercerita tentang seorang gadis berusia 15 tahun bernama Sophie yang dikejutkan oleh surat-surat misterius yang terus diterimanya. Isi surat tersebut hanya sebuah pertanyaan-pertanyaan mendasar yang belum pernah dipikirkannya, seperti “siapa kamu”, “dari mana datangnya dunia”, dan sebagainya. Pertanyaan tersebut lantas membuatnya heran dan tersentak sehingga ia mulai mencoba mencari jawabannya. Siapa sangka ternyata pengirimnya merupakan seorang filsuf yang kemudian memberikan kelas filsafat dengan mengajarkan sejarahnya dari mulai zaman Yunani, abad pertengahan, renaissance, abad pencerahan, hingga zaman modern (abad ke dua puluh).
Membaca Dunia Sophie memberikan pengalaman baru bagiku saat itu. Aku merasa mendapatkan apa yang Sophie dapatkan, yakni mempelajari filsafat. Mungkin saat itu aku belum begitu paham tentang filsafat, namun dengan membaca novel ini membuatku berpikir bahwa filsafat sangat menarik untuk dipelajari. Filsafat dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu gerak pikiran yang wajar, sealamiah kita bernapas, dan sesederhana rasa ingin tahu yang besar yang telah kita miliki sejak masa kecil. Membaca novel ini sama halnya dengan membaca buku sejarah, namun tidak disajikan secara monoton dan membosankan. Sebaliknya, novel ini justru memberikan kita keinginan untuk terus menerus membaca hingga tuntas karena disajikan dengan menarik, sangat menghibur, dan memberikan pesan filosofis yang menantang daya pikir.
Dunia Sophie menjadi pilihan yang baik bagi kalian yang ingin belajar filsafat dengan cara yang berbeda. Kita akan bertemu dengan tokoh-tokoh filsuf dari zaman Yunani, abad pertengahan, hingga zaman modern. Meskipun tentu saja disajikan dengan gaya Eropa sentris sehingga tidak menyinggung banyak tentang filsafat Timur (India, Tiongkok, Islam). Efeknya adalah kita dapat merefleksikan apa yang telah kita baca dalam novel ini dan memiliki dorongan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang makna dan tujuan hidup.
Menariknya, novel ini juga cukup membantuku saat kuliah di kelas matkul filsafat karena aku cukup memiliki gambaran umum tentang sejarah filsafat dari novel ini, meskipun masih harus membaca lebih banyak buku pengantar filsafat lagi. Setiap tokoh filsuf dengan gagasan, pemikiran, dan ilmunya bisa jadi cocok atau tidak cocok dengan kehidupan kita. Kita sendirilah, sebagai pembaca, yang bisa memilah dan memilih segala hal yang bisa kita terima; memfilternya mana yang dirasa bisa diterima dan mana yang tidak. Tidak semua yang baik itu sesuai dengan kehidupan kita. Banyak hal baik yang mungkin kurang kompatibel dengan situasi hidup kita saat ini. Masing-masing gagasan atau pemikiran setiap filsuf memiliki jatah benarnya sendiri sesuai dengan konteksnya.
Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang ingin mengetahui sejarah filsafat yang dikemas dengan bahasa yang sederhana dan penceritaan yang unik.
“Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya.” Goethe


Baca Selengkapnya

Thursday, July 2, 2020

Surat untuk Juli


Juli pada semua keheningan yang dipecahkan oleh temu pada hal-hal baru. Ada harapan baik pada bulan baik yang berisi kenangan manis pada sesuatu yang jauh; nostalgia. Semoga tetap sama atau tumbuh semakin baik. Hal-hal tersebut mengarah pada situasi saat ini, yang diharapkan masih juga baik.
Tidak ada kata selesai, pun kata usai. Semuanya masih berlanjut seperti dulu, namun ada hal yang dirasa baru. Segala keheningan, kesepian, dan kesendirian harus diganti dengan semangat menyambut hal yang baru yang tak benar-benar baru. Entah mengapa ketiga rasa itu terasa nyaman hingga enggan keluar. Namun, harus ada yang menanggung beban lebih dan kehidupan harus terus berlanjut, bagaimanapun juga waktu terus merangkak maju.
Ada kata yang belum tersampaikan, ada pernyataan yang belum dijawab. Segala sesuatu itu memberikan beban pikiran baru, segala tanya yang juga belum sanggup diajukan, segala rindu yang belum berujung temu. Di sepanjang waktu, beban pikiran itu mengarah pada ketakutan kepada hal yang dirasa belum pasti; masa yang akan datang. Masa yang jauh itu, yang hanya sejengkal mata, entah akan bagaimana mengarah ke sana, selain dengan semangat dalam diri dan optimisme tinggi. Pada akhirnya, masih harus menunggu dan tetap bersabar. Dan wahai diri, kau harus lebih kuat lagi.

Baca Selengkapnya

Saturday, June 6, 2020

Halo Juni Lagi


Sudah lama sekali aku tidak menulis di blog ini, maafkan aku bukan karena aku mengabaikanmu, bukan karena aku melupakanmu, bukan karena sudah tidak ada lagi cerita melalui surat yang ku tulis setiap bulannya. Aku hanya sok sibuk sehingga aku tidak bisa meluangkan waktu untuk sekadar menulis sepatah kata atau menuangkan cerita di blog ini. Aku rindu menulis. Bagiku, menulis adalah media paling mudah dalam menyembuhkan segala luka.

Aku rindu padanya, tapi apakah rindu ini dibalasnya? Aku hanya menduga bahwa rinduku tak dibalasnya, bahwa barangkali ia merindukan yang lain. Ini hanya dugaan, hipotesa, mengingat bahwa aku akan selalu mencoba berpikir positif tentangnya.
Apakah kau pernah merasakan diabaikan begitu saja? Aku sepertinya sering. Misalnya ketika di kolom obrolan pesan hanya diread saja. Lebih menyakitkan pesan diread saja atau tidak diread sama sekali atau bahkan didiamkan tanpa kejelasan. Ah iya mungkin baginya itu sesuatu yang tidak penting, sama sekali tidak penting.
Terkadang lebih menyakitkan ditinggal begitu saja tanpa kejelasan. Hey, apakah dia tahu bahwa aku memikirkannya, bahwa aku mengkhawatirkannya. Bayangkan saja bagaimana rasanya.

Apakah kau juga pernah merasakan mencinta seseorang yang sama untuk waktu yang lama? Aku sudah merasakannya sampai saat ini sejak pertemuan pertama di tiga tahun lalu.
Tapi, apakah dia juga sama? Entahlah.
Bahwa sahabatku selalu menanyakan hubunganku dengannya. Bagaimana ku menjawabnya? Karena pada dasarnya aku juga tidak tahu hubungan kita apa.
Nampaknya aku memang bukan siapa-siapa, I mean, mungkin memang dia tidak menganggap eksistensiku. I just a speck of dust within the galaxy.


Baca Selengkapnya