Sunday, April 25, 2021

Surat untuk April

Sebuah buku,

Dianalogikan seperti kamu,

Yang selalu terpatri dibenakku,

Yang dinamakan kenangan masa lalu,

Yang tetap utuh.

 

Kamu bagai prolog, yang mengawali cerita di halaman pertama,

Yang memberikan rasa penasaran tak terhingga,

Yang memperkenalkan pada tokoh, latar, dan konflik cerita,

Yang membawa ke halaman, dua, tujuh, sepuluh, hingga berpuluh-puluh selanjutnya,

 

Pada bab satu, rasa itu tumbuh.

Berkat prolog yang sungguh memperkenalkan tentang sesuatu yang baru,

Pada beberapa tahun yang lalu,

Masih utuh tersimpan di benakku.

 

Pada bab dua, tiga, tujuh, dan seterusnya.

Lembaran-lembaran itu merangkai sebuah rentang kisah,

Pada langit senja, pada awan biru, dan pada hari di belakang nun jauh,

Aku merindu, pada kamu.

 

Lembaran-lembaran yang terpaksa harus kuhentikan,

Bukan karena bosan, tapi hanya karena tak ada kejelasan.

Aku masih penasaran.

Rapuh, usang, berserakan.

 

Aku di barat, kamu di timur.

Aku di selatan, kamu di utara.

Aku bumi, kamu matahari.

Pada titik yang mana kita akan berjumpa?

Satu yang pasti, kita masih memandang langit yang sama.

 

Lembaran buku yang belum sampai pada epilog,

Yang entah pada bab berapa kita sekarang berada,

Dilanjutkan atau dihentikan, seharusnya apa?

Yang aku tahu, waktu akan terus merangkak maju.

Pada suatu ketika, kita akan bertemu jua.

 

Baca Selengkapnya