Saturday, July 31, 2021

Surat untuk Juli

Juli

Itu adalah saat bahagiaku.

Bermandikan cahaya mentari yang menyejukkan jiwa.

Aku tidak takut kepanasan, aku tidak benci kehujanan. Bahkan kedinginan pun aku bisa melawannya. Semua itu tidak ada apa-apanya karena jiwaku terpenuhi oleh emosi bahagia.

 

Itu adalah saat terindahku

Jiwaku terpenuhi oleh jiwa yang bijaksana, yang memperdulikan hingga aku lupa diri, bahwa aku mencintai diriku lebih lagi.

 

Itu adalah momen yang terkenang dan terekam jelas dalam benakku.

Bau wangi, indahnya mentari, dinginnya suhu di pagi hari.

Tempat nun jauh yang selalu ingin aku datangi.

Bertemu dengan jiwa-jiwa luar biasa, yang takkan terlupa.

Di tempat itu. Sebuah memorabilia.

Itu adalah dulu, itu adalah masa lalu.

Hanya singgah, tidak sungguh.

Dan benda itu telah sirna. Perlahan memudar, lalu lenyap. Namun, aku tetap abadi.

Baca Selengkapnya

Wednesday, June 30, 2021

Surat untuk Juni

Juni, aku atau kamu atau bahkan kita pasti selalu teringat tentang "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi

Agaknya memang benar adanya bahwa beliau lah sang cenayang

Bahwa Juni selalu disambut dengan rintik yang syahdu

Lalu di akhiri dengan gerimis yang sendu

Aku juga mengiyakan bahwa "tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni", bagaimana tidak? Segala rintik rindu itu dirahasiakannya begitu saja kepada pohon berbunga itu.

Agaknya kita pasti pernah berada di posisi itu, ketika rindu begitu menggebu tetapi tak bisa bertemu.

Bukan hanya bertemu, bahkan untuk menyatakan saja sulit.

Maka sekali lagi benar bahwa memang tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, karena segala yang tak terucap itu dibiarkan saja hingga terserap oleh akar pohon berbunga itu.

Atau apakah Juni itu adalah aku? Atau apakah aku adalah hujan bulan Juni?

Entahlah, analogi itu begitu indahnya sampai aku terlupa.


Baca Selengkapnya

Sunday, May 30, 2021

Surat untuk Mei

Bagai daffodil yang gelisah,

Sedetik bahagia, detik berikutnya bertanya-tanya.

Apa yang seharusnya dilakukan?

Memulai menyapa atau biarkan saja?

Rasa penasaran itu memenjaraku pada detik-detik yang penuh gelisah.

Ingin melangkah, tapi aku harus penuh perhitungan.

Aku sungguh penasaran, apakah kau juga sama?

Kepalaku puisi yang tak pernah mampu membaca kepalamu!

Peta tak pernah mengenal alamatmu!

“Kau yang cuma singgah atau aku yang terlalu berharap pada titik temu?”

Kamu hidup dalam otakku, visualnya saja, tak ada realitanya.

Namun, kamu benar-benar ada!

Jadi bagaimana, apakah aku yang harus memulainya?

Atau aku harus selalu sabar menunggu?

Tapi sampai kapan ya? Ku pun tak tau!

 

Baca Selengkapnya

Sunday, April 25, 2021

Surat untuk April

Sebuah buku,

Dianalogikan seperti kamu,

Yang selalu terpatri dibenakku,

Yang dinamakan kenangan masa lalu,

Yang tetap utuh.

 

Kamu bagai prolog, yang mengawali cerita di halaman pertama,

Yang memberikan rasa penasaran tak terhingga,

Yang memperkenalkan pada tokoh, latar, dan konflik cerita,

Yang membawa ke halaman, dua, tujuh, sepuluh, hingga berpuluh-puluh selanjutnya,

 

Pada bab satu, rasa itu tumbuh.

Berkat prolog yang sungguh memperkenalkan tentang sesuatu yang baru,

Pada beberapa tahun yang lalu,

Masih utuh tersimpan di benakku.

 

Pada bab dua, tiga, tujuh, dan seterusnya.

Lembaran-lembaran itu merangkai sebuah rentang kisah,

Pada langit senja, pada awan biru, dan pada hari di belakang nun jauh,

Aku merindu, pada kamu.

 

Lembaran-lembaran yang terpaksa harus kuhentikan,

Bukan karena bosan, tapi hanya karena tak ada kejelasan.

Aku masih penasaran.

Rapuh, usang, berserakan.

 

Aku di barat, kamu di timur.

Aku di selatan, kamu di utara.

Aku bumi, kamu matahari.

Pada titik yang mana kita akan berjumpa?

Satu yang pasti, kita masih memandang langit yang sama.

 

Lembaran buku yang belum sampai pada epilog,

Yang entah pada bab berapa kita sekarang berada,

Dilanjutkan atau dihentikan, seharusnya apa?

Yang aku tahu, waktu akan terus merangkak maju.

Pada suatu ketika, kita akan bertemu jua.

 

Baca Selengkapnya

Friday, March 12, 2021

Surat untuk Maret

 


Kepada jiwa yang singgah, tapi tak sungguh.
Menunggu hingga membeku,
Menanti di bawah harapan yang tak pasti.
Pada ujung yang tak pernah ada titik temu.
Pun tak ada kata jemu.
Tentang balada puan yang tak bertuan.
Mengawang, abu-abu, kelabu.
Satu hal yang kumengerti dengan pasti, bahwa yang tidak pasti adalah ketidakpastian.

Bagaikan daun kering yang gugur. Jatuh tertahan, perlahan hingga ke pelataran. Lalu terhempas berantakan. Remuk tercabik sepi dan menunggui mati. Sesakit inikah ditinggal pergi.


Kau bukan tempat untuk memberhentikan langkahku.
Jalanku masih amat panjang, mimpiku masih besar, asaku masih membumbung tinggi.
Aku melangkah pergi, kau pun tak kembali.
Menanti di ruang hampa, menatapi sebuah janji yang terbentang luas di langit biru.
Menyadari sebuah arti.
Jalanku masih panjang, aku masih harus berjuang.

Baca Selengkapnya

Friday, February 5, 2021

Surat untuk Februari

Halo Feb, Februari maksudku.

Sudah Februari (lagi), bulan kedua dari dua belas bulan yang ada; bulan kasih sayang katanya.

Entah bagaimana asal-usulnya, kau menjadi simbol dari kasih sayang. Namun, aku sadari bahwa orang-orang yang tersayang terlahir di bulan ini. Jadi, aku setuju saja bahwa kau dilimpahi kasih sayang.

Semua berawal dari sini, surat yang tertulis di Februari.

Bintang dan bulan yang terbentang di kejauhan, berpendar di langit malam, tidak akan pernah diperbandingkan meskipun terlihat berdampingan.

Tiap entitas memiliki timeline hidupnya masing-masing, pun juga kesuksesan, kesempatan bersinar seluas kerlap-kerlip bintang di langit.

Bahwa individu memiliki peluangnya masing-masing. Gapai asa, kejar mimpi. Teruslah berlari.  

Kita adalah bintang di kehidupan kita, jadilah yang paling bersinar.

Jadi apa saja yang kau inginkan, jangan dibatasi, kau berhak atas hidupmu sendiri.

Berusaha terus lakukan yang terbaik, diiringi doa tanpa henti karena hasil tak akan mengkhianati.

Doa ini akan menembus ke keabadian, melampaui ruang dan waktu, semesta mendengarku.

Just enjoying your little step and moments. Everyone has their own timeline.

Setiap entitas diciptakan-Nya dengan potensi yang berbeda, setiap individu memiliki porsi bahagianya masing-masing. Maka bersyukurlah…

Baca Selengkapnya

Monday, January 4, 2021

Surat untuk Januari

Untuk bulan pertama dari dua belas bulan yang ada, hai selamat datang ya!

Jadilah awal yang baik sebagai lembaran baru dari tahun yang semakin sulit,

Jadilah pembuka dari segala kebaikan yang akan terjadi di halaman-halaman berikutnya,

Aku percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Hal-hal baik akan terjadi juga setelah penantian panjang penuh perjuangan.

Setiap entitas mengharapkanmu menjadi lembaran baru yang berbeda dari yang dulu.

Semuanya yang disemogakan akan berlabuh pada hal panjang yang akan terjadi kelak di hari depan.

Apapun itu, ya apapun yang menerpamu juga menerpaku, semuanya, segalanya, kita hanya minta satu; yaitu kuatkanlah bahumu, kuatkan bahuku guna menghadapi hari baru di masa yang akan datang nun jauh.

Aku tahu bahwa langkahku dan langkahmu tak beriringan selalu, tetapi doaku selalu menyertaimu.

meskipun semakin berat, tapi biarlah karena semuanya akan segera berlalu.

Bagaikan sebuah buku yang terdiri dari 365 halaman yang penuh cerita, pasti akan ada senyum, tangis, luka, dan tawa.  Namun, kuyakin sebuah kisah klise akan berakhir dengan bahagia begitupun kehidupan kita semua.

Kuatkan hati, kuatkan diri, semangatlah menjalani ini.

Bunga itu akan mekar secara perlahan, impian itu akan mencapai wujudnya.

Maka tenanglah, maka sabarlah, sebentar lagi kita akan menang, tunggulah, kuyakin kita akan sampai pada masa itu di hari depan nun jauh.

Selalu lakukan yang terbaik, maka akan menghasilkan yang lebih baik.

Baca Selengkapnya