Friday, March 12, 2021

Surat untuk Maret

 


Kepada jiwa yang singgah, tapi tak sungguh.
Menunggu hingga membeku,
Menanti di bawah harapan yang tak pasti.
Pada ujung yang tak pernah ada titik temu.
Pun tak ada kata jemu.
Tentang balada puan yang tak bertuan.
Mengawang, abu-abu, kelabu.
Satu hal yang kumengerti dengan pasti, bahwa yang tidak pasti adalah ketidakpastian.

Bagaikan daun kering yang gugur. Jatuh tertahan, perlahan hingga ke pelataran. Lalu terhempas berantakan. Remuk tercabik sepi dan menunggui mati. Sesakit inikah ditinggal pergi.


Kau bukan tempat untuk memberhentikan langkahku.
Jalanku masih amat panjang, mimpiku masih besar, asaku masih membumbung tinggi.
Aku melangkah pergi, kau pun tak kembali.
Menanti di ruang hampa, menatapi sebuah janji yang terbentang luas di langit biru.
Menyadari sebuah arti.
Jalanku masih panjang, aku masih harus berjuang.

Baca Selengkapnya