Monday, August 28, 2017

Surat Untuk Agustus

Serangkaian Kode
Agustus, tahun kedua
(Garis waktu- Fiersa Besari)
Taruh dulu gadgetmu, lalu tatap mataku. Lupakan sejenak tentang jejaring sosial diantara kau dan aku. Sadarkah bahwa itu semua semu? Sayangku, tak perlu lagi merajuk. Dunia maya bukanlah tempat yang tepat untuk sepasang kekasih bersibuk.

Untuk apa memajang foto kita berdua? Cita-citaku ingin fotomu ada di buku nikahku. Untuk apa mention-mentionan mesra? Selama ada pulsa, aku lebih memilih kita berkomunikasi di chat box, sms atau telepon. Kita, cukup kita yang tahu. Untuk apa mengucapkan happy anniversary setiap bulan? Aku ingin menjadi seseorang yang bersamamu tahunan, bukan bulanan; merayakan bersamamu tahunan, bukan bulanan. Untuk apa saling menulis nama di bio? Apa belum cukup aku menulis namamu dalam setiap doaku pada Tuhan? Untuk apa saling memaki saat kita berdua berselisih pendapat?

Masalah tidak perlu diumbar. Mereka belum tentu simpatik. Seharusnya pasangan bisa saling menutupi keburukan satu sama lain, bukan sebaliknya.

Sudahlah aku dan kamu tak perlu digembar gembor. Yang hening-hening syahdu itu biasanya langgeng. Bukan yang dipamer-pamer. Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu bahwa kita hebat. Kebahagian tidak membutuhkan penilain orang lain.

Bukankah hidup ini sebetulnya mudah? Jika rindu, datangi. Jika tidak senang, ungkapkan. Jika cemburu, tekankan. Jika lapar, makan. Jika salah, betulkan. Jika suka, nyatakan, jika sayang, tunjukkan. Manusianya yang sering kali mempersulit segala sesuatu. Ego mencegah seseorang mengucap “aku membutuhkanmu”.

Bagikan pandega pramuka, detektif, atau agen rahasia, kita senang sekali membuat kode. Mungkin evolusi membuat manusia menjadi makhluk super rumit sehingga kita kerap berkata “engga kenapa-napa” padahal kenapa-napa, menunjukkan senyum padahal sedang bersedih; menyindir-nyindir, padahal bisa bicara baik-baik dengan orang yang kita tuju.
Walhasil, apa daya orang-orang sepertiku yang tidak terlalu “ngeh” dengan kode? Kami berjuang diberi label “engga peka”.

Coba sesekali simpan gengsimu itu. Akan luar biasa menyenangkan untuk bisa mengucapkan apa yang ingin kau ungkapkan. Serius... aku tau rasanya. Taruh dulu gadgetmu, lalu tatap mataku. Sebuah dialog akan lebih mendewasakan dibandingkan permainan kode.
  Sebuah kebahagiaan tidak perlu dipamerkan kepada dunia



Baca Selengkapnya