DON’T JUDGE ME!
Afifah F
NB: cerita ini terinspirasi dari lingkungan dan sahabat saya, cerita ini murni ide saya, hargai karya saya dan jangan mengcopy paste.
terimakasih untuk semua orang yang telah menginspirasi
Apa
yang kamu rasakan ketika kamu dituduh melakukan hal yang sebenarnya tak pernah
kamu lakukan? Sakit hatikah? Atau biasa saja? Dan apa yang kamu rasakan ketika
hal itu benar-benar terjadi pada dirimu dalam kehidupanmu? Aku tak tak tahu
awal dari semua ini yang jelas intinya aku dituduh melakukan hal yang tak
pernah sama sekali aku lakukan! Bahkan untuk memikirkannya saja aku tak pernah,
tak akan pernah tega! Aku tak tahu siapa yang benar dan mana yang salah dan
yang jelas aku tak tahu akar dari permasalahan ini ada dimana. Aku bukan maling
yang ketangkap basah, bukan itu! Aku juga bukan orang yang dituduh mencuri,
sama sekali bukan! Aku hanya seorang yang dituduh merebut pacar sahabatku,
bahkan sahabatku sendiri yang menuduhku! Ini gila, ini benar-benar gila! Aku
tak tahu mengapa dia yang notabene adalah sahabatku tak memercayaiku! Tidak
kawan, aku bukanlah perusak hubungan orang, terlebih dia sahabatku. Aku tidak
pernah, sama sekali tidak pernah menyukai kekasih sahabatku, entahlah aku
benar-benar bingung mengapa dia menuduhku. Bukannya aku tak mencoba mencari tau
mengapa dia menuduhku, bukan! Aku berkali-kali meminta penjelasan padanya
mengapa dia tiba-tiba datang padaku, memarahiku, menuduhku lalu meninggalkan
aku sendiri dengan sejuta pertanyaan yang menari-nari diotakku. Sakit sekali,
hati ini sakit mengapa orang yang dilanda asmara itu melumpuhkan logikanya
sehingga dia tak berfikir panjang dan kecemburuan itu benar-benar diambang
batas., lalu akulah sasarannya. Seolah polisi yang kehilangan buronannya lalu
menemukanku yang berada dipososi kurang tepat, dia menangkapku tanpa alasan
yang jelas dan aku terjebak.
***
Siang
itu pukul 2, matahari bersinar sedang terik-teriknya menimbulkan efek hawa
panas yang menyelimuti ruang kelasku saat jam terakhir pelajaran hari ini
sekitar satu jam lagi akan usai. Suasana kelas terlihat gaduh, terdengar gelak
tawa murid dikelas ketika guru menerangkan sesuatu yang mencoba mencairkan
suasana kelas karena sebagian muridnya sudah kehilangan konsentrasi dan
nampaknya beberapa murid tak bisa fokus dengan pelajaran. Hari itu adalah
penghujung oktober, matahari masih bersinar dengan terang belum ada setetes air
hujan yang membasahi tanah kering ini nampaknya kemarau kali ini panjang
menimbulkan efek dehidrasi pada setiap orang, suhunya sangat panas, kering dan
ingin sekali cepat beranjak ke desember lagi, ingin cepat merasakan dingin
lagi. Ini benar-benar membosankan, udara yang panas, jam pelajaran terakhir
yang benar-benar menyebalkan, guru yang sedari tadi bercerita tentang entahlah
tentang apa karena sedari tadi aku mengantuk, terlebih mendengar suara guruku
yang benar-benar membuatku ingin memejamkan mata. Beruntung aku duduk dibangku
barisan belakang jadi lebih aman jika benar-benar aku tertidur serta aku tidak
perlu berpura-pura menyimak apa yang beliau sampaikan, berpura-pura fokus
maupun berpura-pura konsentrasi, itu tak perlu. Kulirik jarum jam yang rasanya
lambat sekali putarannya, aku ingin cepat pulang! Kenapa sejak tadi rasanya
jarum jam masih disitu saja dan mengapa rasanya waktu berjalan sangat lambat.
Drt…drt…drt…
Suara
getaran terdengar dari dalam tasku, kurogoh bagian tas yang menyimpan
handphoneku, kulirik apa yang tertera didalamnya.
One message from “my bestfriend
rere”
Aku
tersenyum saat membaca apa yang tertera di screan saver hpku.” Tumben Rere sms.”
gumamku dalam hati, tanpa berfikir panjang ku buka pesan singkat dari Rere.
“cie Anggun selamet yah ngga
nyangka kamu setega ini sama aku, jadian sama radit selamet ya…”
Deg!
Kenapa Rere mengirim pesan seperti itu kepadaku, aku benar-benar tak habis
pikir, aku tak salah baca kan? Ku baca ulang pesan dari Rere, ku simak
baik-baik isi pesan itu namun isinya tetap sama seperti apa yang pertama ku
baca. Jantungku berpacu dengan cepat, aku terus berpikir kesalahan apa yang
pernah kubuat? Kenapa Rere menyangka aku jadian dengan Radit yang notabene
pacarnya. Ish menyebalkan otakku seperti lumpuh, aliran darahku seperti
berhenti mengalir, rasanya seperti tak ada lagi denyut ditubuhku, tubuhku kaku!
Aku terdiam cukup lama.
“Anggun,
kamu kenapa?” Tanya Caca yang duduk semeja denganku yang sukses menyadarkanku
“ngga
papa ko.” jawabku, maaf ca aku berbohong sebenarnya aku sedang tidak baik-baik
saja. Ku taruh hp kedalam tas lagi, tak berniat untuk membalas pesan Rere
sekarang karena guruku masih setia berkoar didepan kelas, ku tunggu sampai jam
pelajaran usai saja. Aku masih memikirkan isi pesan itu, hati ini benar-benar
sakit! aku tak tahu mengapa dia seperti itu, aku tak tahu mengapa dia
menuduhku. Tiba-tiba butiran halus mengalir dari dua belah pipiku, aku tak bisa
menahan butiran bening ini agar tidak jatuh dari pelupuk mataku.
“hey
kenapa kamu nangis? Ada masalah?” Caca bertanya lagi dan lagi-lagi aku hanya
menggelengkan kepala dan berujar “ngga papa ko.” lalu dengan cepat aku mengusap
pipiku, aku tak mau ada yang melihatku menangis. Aku menangis bukan karena aku
merasa bersalah, bukan juga karena tuduhan itu benar, bukan! Aku hanya merasa
seperti ada sesuatu dibalik ini, dan aku belum tahu sesuatu itu apa..
Tet…tet…tet…
Suara
bel menggema diseluruh penjuru sekolah menandakan jam pelajaran telah usai,
murid-murid bersorak gembira lalu bersiap-siap untuk segera meninggalkan
kejenuhan dikelas dan kepenatan disekolah. Gerbang sekolah terlihat ramai,
murid-murid berhamburan keluar, menyeberangi jalan lalu menimbulkan kemacetan
didepan sekolah, selalu seperti itu saat jam pulang tiba jalan raya ini selalu
macet, suara klakson dimana-mana, mobil-mobil berderet rapi seolah tak mau perjalanannya
terganggu hanya karena jam pulang sekolah kami dan lucunya sekolah kami seperti
traffic jam maker karena setiap jam 3 lebih dijalan raya depan sekolah selalu
macet. Aku, Caca, Vita, Iren, Alma, dan Yuna selalu pulang bareng karena rumah
kami satu arah dan terlebih kami telah bersahabat sejak kelas 10. Aku bahagia
ketika kami pulang bersama karena kami selalu bercanda menceritakan sesuatu hal
yang lucu sepanjang perjalanan pulang, gelak tawa kami memecah udara siang yang
panas ini. Disela tawaku, aku terpaku teringat isi pesan Rere padaku, hati ini
kembali sakit dan sejurus kemudian air bening mengalir dari pelupuk mataku
mengaliri dua belah pipiku, aku tak bisa membendungnya…
“Anggun,
kamu kenapa?” Tanya Yuna yang mengetahuiku kalau aku menangis.
“Ngga
papa ko, Cuma sakit aja matanya.” Jawabku berbohong, entahlah aku belum bisa
menceritakan pada sahabat-sahabatku, ini terasa berat.
“Serius?
Ada masalah yah?” kali iniAlma yang bertanya.
“Ga
ada ko, tenang aja.” Jawabku sambil tersenyum getir, aku menyeka sisa-sisa air
mataku tapi kulihat mereka cemas memandang sekali lagi aku meyakinkan bahwa aku
tidak apa-apa, untung saja mereka percaya padaku.
***
Setelah
aku turun dari angkutan umum, aku langsung menyusuri gang menuju rumahku. Dalam
perjalan aku masih memikirkan isi pesan Rere, berfikir tentang kata-kata apa
yang harus ku balas padanya, lalu sejurus kemudian aku mengeluarkan handphone
dari saku baju seragam dan mengetik pesan untuk Rere.
Untuk : Rere
Jadian sama Radit? Apa maksudnya?
Lalu
kutekan tombol send, dalam beberapa detik pesan telah dikirim, sambil berjalan
menuju rumah aku menunggu balasan dari Rere. Beberapa menit kemudian aku telah
sampai depan rumah namun belum ada balasan dari Rere, ku buka gerbang rumahku
lalu kemudian ku masuki rumah sederhanaku tanpa melepas sepatuku, aku langsung
bergegas ke kamarku tanpa memperdulikan ibu yang berteriak memarahiku karna aku
tak mengucap salam dan tak mencium tangannya. Aku tak peduli, aku ingin segera
memeluk bantal kesayanganku lalu menyembunyikan kepalaku, aku ingin menangis!
Aku ingin berteriak!
Satu
jam kemudian aku masih terisak, mataku sudah sembab, perutku lapar tapi rasanya
malas untuk keluar kamar. Kudengar ibu menggedor kamarku, beliau memintaku
untuk segera makan tapi aku tak menghiraukannya. Kucari handphone ku ingin
memastikan apakah ada balasan dari Rere tapi hasilnya nihil Rere belum
membalasnya lalu kuputuskan untuk mengirimnya pesan lagi karena aku ingin
penjelasan darinya.
Untuk : Rere
Jadian sama Radit? Sumpah demi
Tuhan ngga! Kenapa nyangka kaya gitu?
Send,
terkirim. Aku resah menunggu balasan dari Rere, aku benar-benar penasaran
sebenarnya apa yang terjadi, aku benar-benar ingin tahu kronologi kejadian ini,
tiba-tiba handphone ku bergetar, yeah Rere membalasnya, aku langsung membukanya.
Tanya aja ke Radit
Ya
ampun jawaban macam apa itu, aku butuh penjelasan bukan malah berputar-putar
seperti ini, aku pun langsung membalasnya untuk meyakinkan bahwa aku tak
bersalah.
Rere, saya ngga pernah jadian sama
Radit, saya ngga pernah pacaran sama Radit, saya ngga pernah suka sama Radit.
Maaf kenapa kamu nyangka kaya gitu, sedangkan saya ngga kaya yang kamu sangka
re. Tolong re jelasin kenapa kamu nyangka kaya gitu, kalo saya punya salah saya
minta maaf. Tapi sumpah saya ngga ngerebut Radit ;(
Air
mata ini berurai ketika aku mengetik pesan ini, aku sungguh tidak mengerti apa
yang sebenarnya terjadi. Sudah dua tahun aku jarang bertemu Rere semenjak kami
memutuskan untuk melanjutkan sekolah SMA yang berbeda dan setelah itu aku jarang
menghubunginya bukan karena sombong atau melupakannya hanya saja kami sama-sama
sibuk. Setelah aku dan Rere berbeda sekolah, aku tak tau hubungan Rere dan
Radit, ya Rere dan Radit masih satu sekolah bahkan satu kelas namun aku
benar-benar tak tau perkembangan hubungan mereka. Terakhir kali Rere masih
menghubungiku dan hubungan kami masih baik-baik saja, bahkan aku mengucapkan
selamat atas anniversary yang ketiga tahun atas
hubungan Rere dan Radit bahkan aku sudah mempersiapkan hadiah untuk
mereka berdua meskipun aku belum menyerahkannya pada Rere tapi setidaknya aku
sudah berencana ingin bertemu dengan Rere liburan semester nanti sambil
menyerahkan hadiah ini padanya namun akankah aku berubah fikiran? Aku tidak
tau, aku belum tau! Beberapa menit kemudian Rere membalas lagi pesanku, namun
saat aku membuka pesannya, isi hanya hanya beberapa kata yang membuat aku
semakin bingung.
Tanya aja ke Raditnya sendiri
Ya
Tuhan… dahiku berkerut, kepalaku benar-benar pening, tiba-tiba suara gedoran
pintu terdengar lagi, ibu memanggilku dengan suara cemas. Ya ampun, ini sudah
jam 5 sore sedangkan aku masih belum berganti pakaian, belum makan juga pantas
saja ibu khawatir. Kubuka pintu kamar yang sedari tadi aku kunci, ibu menyeruak
masuk kedalam kamarku memastikan keadaanku, aku berbaring lagi ditempat tidurku
entahlah rasanya sangat lemas. Ibu memeriksa keadaanku, beliau nampak cemas
melihatku yang sangat kacau, mataku sembab, hidungku merah, kentara sekali aku
habis menangis.
“Kamu
kenapa? Sakit?” ibu bertanya padaku, beliau mengusap keningku, dengan cepat aku
menggeleng karena aku tidak mau ibu mengetahui permasalahanku dengan Rere. Dengan
gerakan cepat aku bangun lalu segera kupeluk ibuku, aku butuh sebuah pelukan
hangat dari ibu, aku butuh sebuah kekuatan. Ibu membalas pelukanku, merengkuhku
erat, pelukan ini begitu hangat seperti memberiku sebuah kekuatan. Aku tak bisa
menahan ini, mataku berkaca-kaca tak bisa ku bendung lagi namun ku tak sanggup
menceritakan hal ini.
“Ibu,
aku sedang tidak baik-baik saja.” jeritku dalam hati, lalu butiran bening in
tanpa permisi menetes di dua belah pipiku, dengan pergerakan cepat langsung ku
seka pipiku yang sudah basah, demi Tuhan aku tak ingin ibu melihatnya.
“Anggun
ada masalah apa, ceritakan pada ibu!” ibu berkata lirih padaku, maaf bu aku tak
sanggup menceritakannya.
“Ngga
ada ko bu, anggun cuma cape aja.” Jawabku berbohong lagi, sekali lagi maafkan
aku Tuhan aku tak bisa berkata jujur pada ibu, maaf…
Ibu
melepaskan pelukan ini lalu beliau berkata,”Anggun tidak boleh menyerah meskipun
lelah, anggun tidak boleh kalah dengan rasa lelah, ayo bangkit kamu pasti
bisa!” mataku berkaca-kaca lagi, Tuhan aku begitu beruntung memiliki ibu
seperti ibuku ini wanita kuat yang selalu memberiku semangat, aku tersenyum
seolah-olah ibu telah mengobarkan semangat padaku.
***
Suara
dentingan jam terdengar dikamar ini, suasana begitu sunyi, malam pun semakin
larut, aku masih duduk termenung dikursi sambil menatap buku-buku pelajaran
yang berserakan di meja belajarku. Aku tak bisa berkonsentrasi, kejadian ini
begitu menyita waktu dan pikiranku! Sungguh aku tak boleh seperti ini terus
tapi ini benar-benar menyiksa fikiran dan hatiku. Handphone ku menari-nari
diatas meja belajarku, suara getarannya memecah keheningan malam ini. Kubaca
layar handphone dan ternyata pesan dari teman-temanku yang menanyakan tentang
jadwal besok, hmm aku kira pesan dari Rere. Ku baca lagi percakapan aku dan
Rere di handphoneku lalu kuputuskan untuk mengirim pesan lagi padanya.
Rere, aku cuma mau bilang kalo aku
ngga pernah jadian sama Radit, maaf kamu salah duga ;(
Berhasil
terkirim, aku menunggu reaksi Rere dan beberapa detik kemudian dia membalas
pesanku.
Tanya ke Raditnya
Ya
ampun kenapa dia balas seperti ini lagi, aku berfikir balasan apa yang ingin
aku kirim padanya namun aku putuskan untuk menyakan pada Radit, ya tidak ada
salahnya kan toh Rere menyuruhku untuk menanyakannya pada Radit, jadi aku
mencari kontak Radit di handphone ku lalu ku fikirkan kata-kata untuk meminta
penjelasan padanya.
Radit ini Anggun
Maaf, kenapa Rere nyangka saya
jadian sama kamu? Tolong jelasin!
Dan
terkirim lalu Radit membalasnya dengan cepat
Saya juga ngga tau.
Dia cuma liat ada sms kamu yang
waktu itu.
Deg!
Waktu itu? Sebenarnya sms apa yang dibaca Rere? Aku mengernyit ketika membaca
sms balasan dari Radit. Kenapa jawaban Radit seperti ini, kenapa dia tak
menjelaskan padaku? Aku benar-benar membutuhkan penjelasan karena aku tak
mengerti sungguh tidak mengerti akar dari permasalahan ini. Dan aku pun mencoba
membalas pesan Radit lagi.
Waktu kapan? Aku ngga ngerti, pls
aku ngga mau Rere sakit hati! ;(
Aku
mengirim pesan ini pada Radit, ya benar aku benar-benar tak ingin Rere sahabatku
sakit hati hanya karena kesalahpahaman ini, aku tak ingin semua terjadi tanpa
ku mengerti. Aku menunggu balasan sms dari Radit namun sampai beberapa menit
dia tak kunjung membalasnya. Aku kesal, benar-benar kesal! Kenapa dia tak
membalasnya? Aku butuh penjelasan! Aku baca lagi sms dari Radit ‘dia Cuma liat
ada sms kamu yang waktu itu’ aku bertanya-tanya sebenarnya Rere melihat sms
saya yang seperti apa ke Radit? Otakku berfikir keras mencoba untuk mengingat
sms apa saja yang aku kirim pada Radit dan setau aku tak ada sms yang berkesan
kalau aku merebut Radit. Aku tidak pernah menghubungi Radith kecuali jika
memang ada hal yang penting, lalu apa ini, apa maksudnya? Tuhan… aku
benar-benar tidak mengerti. Lalu tiba-tiba ingatan ku melayang, aku ingat betul
Rere selalu menghubungiku jika ada masalah dengan Radit, Rere selalu
menceritakannya padaku apalagi setelah kita tidak satu sekolah lagi, aku ingat
betul Rere selalu memintaku untuk menghubungi Radit, ya dia selalu memintaku untuk
menghubungi radith jika dia ada masalah dengan Radith. Ah gotcha! Aku mengerti pangkal
dari permasalahn ini, apakah ini sebuah jebakan ataukah ini kesalahpahaman?
To Be Continue…
Thank's for reading :)
No comments:
Post a Comment