Thursday, April 2, 2015

CERPEN - Don't Judge Me (Part 1)

DON’T JUDGE ME!

Afifah F
NB: cerita ini terinspirasi dari lingkungan dan sahabat saya, cerita ini murni ide saya, hargai karya saya dan jangan mengcopy paste. 
terimakasih untuk semua orang yang telah menginspirasi

Apa yang kamu rasakan ketika kamu dituduh melakukan hal yang sebenarnya tak pernah kamu lakukan? Sakit hatikah? Atau biasa saja? Dan apa yang kamu rasakan ketika hal itu benar-benar terjadi pada dirimu dalam kehidupanmu? Aku tak tak tahu awal dari semua ini yang jelas intinya aku dituduh melakukan hal yang tak pernah sama sekali aku lakukan! Bahkan untuk memikirkannya saja aku tak pernah, tak akan pernah tega! Aku tak tahu siapa yang benar dan mana yang salah dan yang jelas aku tak tahu akar dari permasalahan ini ada dimana. Aku bukan maling yang ketangkap basah, bukan itu! Aku juga bukan orang yang dituduh mencuri, sama sekali bukan! Aku hanya seorang yang dituduh merebut pacar sahabatku, bahkan sahabatku sendiri yang menuduhku! Ini gila, ini benar-benar gila! Aku tak tahu mengapa dia yang notabene adalah sahabatku tak memercayaiku! Tidak kawan, aku bukanlah perusak hubungan orang, terlebih dia sahabatku. Aku tidak pernah, sama sekali tidak pernah menyukai kekasih sahabatku, entahlah aku benar-benar bingung mengapa dia menuduhku. Bukannya aku tak mencoba mencari tau mengapa dia menuduhku, bukan! Aku berkali-kali meminta penjelasan padanya mengapa dia tiba-tiba datang padaku, memarahiku, menuduhku lalu meninggalkan aku sendiri dengan sejuta pertanyaan yang menari-nari diotakku. Sakit sekali, hati ini sakit mengapa orang yang dilanda asmara itu melumpuhkan logikanya sehingga dia tak berfikir panjang dan kecemburuan itu benar-benar diambang batas., lalu akulah sasarannya. Seolah polisi yang kehilangan buronannya lalu menemukanku yang berada dipososi kurang tepat, dia menangkapku tanpa alasan yang jelas dan aku terjebak.
***
Siang itu pukul 2, matahari bersinar sedang terik-teriknya menimbulkan efek hawa panas yang menyelimuti ruang kelasku saat jam terakhir pelajaran hari ini sekitar satu jam lagi akan usai. Suasana kelas terlihat gaduh, terdengar gelak tawa murid dikelas ketika guru menerangkan sesuatu yang mencoba mencairkan suasana kelas karena sebagian muridnya sudah kehilangan konsentrasi dan nampaknya beberapa murid tak bisa fokus dengan pelajaran. Hari itu adalah penghujung oktober, matahari masih bersinar dengan terang belum ada setetes air hujan yang membasahi tanah kering ini nampaknya kemarau kali ini panjang menimbulkan efek dehidrasi pada setiap orang, suhunya sangat panas, kering dan ingin sekali cepat beranjak ke desember lagi, ingin cepat merasakan dingin lagi. Ini benar-benar membosankan, udara yang panas, jam pelajaran terakhir yang benar-benar menyebalkan, guru yang sedari tadi bercerita tentang entahlah tentang apa karena sedari tadi aku mengantuk, terlebih mendengar suara guruku yang benar-benar membuatku ingin memejamkan mata. Beruntung aku duduk dibangku barisan belakang jadi lebih aman jika benar-benar aku tertidur serta aku tidak perlu berpura-pura menyimak apa yang beliau sampaikan, berpura-pura fokus maupun berpura-pura konsentrasi, itu tak perlu. Kulirik jarum jam yang rasanya lambat sekali putarannya, aku ingin cepat pulang! Kenapa sejak tadi rasanya jarum jam masih disitu saja dan mengapa rasanya waktu berjalan sangat lambat.
Drt…drt…drt…
Suara getaran terdengar dari dalam tasku, kurogoh bagian tas yang menyimpan handphoneku, kulirik apa yang tertera didalamnya.
One message from “my bestfriend rere”
Aku tersenyum saat membaca apa yang tertera di screan saver hpku.” Tumben Rere sms.” gumamku dalam hati, tanpa berfikir panjang ku buka pesan singkat dari Rere.
“cie Anggun selamet yah ngga nyangka kamu setega ini sama aku, jadian sama radit selamet ya…”
Deg! Kenapa Rere mengirim pesan seperti itu kepadaku, aku benar-benar tak habis pikir, aku tak salah baca kan? Ku baca ulang pesan dari Rere, ku simak baik-baik isi pesan itu namun isinya tetap sama seperti apa yang pertama ku baca. Jantungku berpacu dengan cepat, aku terus berpikir kesalahan apa yang pernah kubuat? Kenapa Rere menyangka aku jadian dengan Radit yang notabene pacarnya. Ish menyebalkan otakku seperti lumpuh, aliran darahku seperti berhenti mengalir, rasanya seperti tak ada lagi denyut ditubuhku, tubuhku kaku! Aku terdiam cukup lama.
“Anggun, kamu kenapa?” Tanya Caca yang duduk semeja denganku yang sukses menyadarkanku
“ngga papa ko.” jawabku, maaf ca aku berbohong sebenarnya aku sedang tidak baik-baik saja. Ku taruh hp kedalam tas lagi, tak berniat untuk membalas pesan Rere sekarang karena guruku masih setia berkoar didepan kelas, ku tunggu sampai jam pelajaran usai saja. Aku masih memikirkan isi pesan itu, hati ini benar-benar sakit! aku tak tahu mengapa dia seperti itu, aku tak tahu mengapa dia menuduhku. Tiba-tiba butiran halus mengalir dari dua belah pipiku, aku tak bisa menahan butiran bening ini agar tidak jatuh dari pelupuk mataku.
“hey kenapa kamu nangis? Ada masalah?” Caca bertanya lagi dan lagi-lagi aku hanya menggelengkan kepala dan berujar “ngga papa ko.” lalu dengan cepat aku mengusap pipiku, aku tak mau ada yang melihatku menangis. Aku menangis bukan karena aku merasa bersalah, bukan juga karena tuduhan itu benar, bukan! Aku hanya merasa seperti ada sesuatu dibalik ini, dan aku belum tahu sesuatu itu apa..
Tet…tet…tet…
Suara bel menggema diseluruh penjuru sekolah menandakan jam pelajaran telah usai, murid-murid bersorak gembira lalu bersiap-siap untuk segera meninggalkan kejenuhan dikelas dan kepenatan disekolah. Gerbang sekolah terlihat ramai, murid-murid berhamburan keluar, menyeberangi jalan lalu menimbulkan kemacetan didepan sekolah, selalu seperti itu saat jam pulang tiba jalan raya ini selalu macet, suara klakson dimana-mana, mobil-mobil berderet rapi seolah tak mau perjalanannya terganggu hanya karena jam pulang sekolah kami dan lucunya sekolah kami seperti traffic jam maker karena setiap jam 3 lebih dijalan raya depan sekolah selalu macet. Aku, Caca, Vita, Iren, Alma, dan Yuna selalu pulang bareng karena rumah kami satu arah dan terlebih kami telah bersahabat sejak kelas 10. Aku bahagia ketika kami pulang bersama karena kami selalu bercanda menceritakan sesuatu hal yang lucu sepanjang perjalanan pulang, gelak tawa kami memecah udara siang yang panas ini. Disela tawaku, aku terpaku teringat isi pesan Rere padaku, hati ini kembali sakit dan sejurus kemudian air bening mengalir dari pelupuk mataku mengaliri dua belah pipiku, aku tak bisa membendungnya…
“Anggun, kamu kenapa?” Tanya Yuna yang mengetahuiku kalau aku menangis.
“Ngga papa ko, Cuma sakit aja matanya.” Jawabku berbohong, entahlah aku belum bisa menceritakan pada sahabat-sahabatku, ini terasa berat.
“Serius? Ada masalah yah?” kali iniAlma yang bertanya.
“Ga ada ko, tenang aja.” Jawabku sambil tersenyum getir, aku menyeka sisa-sisa air mataku tapi kulihat mereka cemas memandang sekali lagi aku meyakinkan bahwa aku tidak apa-apa, untung saja mereka percaya padaku.
***
Setelah aku turun dari angkutan umum, aku langsung menyusuri gang menuju rumahku. Dalam perjalan aku masih memikirkan isi pesan Rere, berfikir tentang kata-kata apa yang harus ku balas padanya, lalu sejurus kemudian aku mengeluarkan handphone dari saku baju seragam dan mengetik pesan untuk Rere.
Untuk  : Rere
Jadian sama Radit? Apa maksudnya?
Lalu kutekan tombol send, dalam beberapa detik pesan telah dikirim, sambil berjalan menuju rumah aku menunggu balasan dari Rere. Beberapa menit kemudian aku telah sampai depan rumah namun belum ada balasan dari Rere, ku buka gerbang rumahku lalu kemudian ku masuki rumah sederhanaku tanpa melepas sepatuku, aku langsung bergegas ke kamarku tanpa memperdulikan ibu yang berteriak memarahiku karna aku tak mengucap salam dan tak mencium tangannya. Aku tak peduli, aku ingin segera memeluk bantal kesayanganku lalu menyembunyikan kepalaku, aku ingin menangis! Aku ingin berteriak!
Satu jam kemudian aku masih terisak, mataku sudah sembab, perutku lapar tapi rasanya malas untuk keluar kamar. Kudengar ibu menggedor kamarku, beliau memintaku untuk segera makan tapi aku tak menghiraukannya. Kucari handphone ku ingin memastikan apakah ada balasan dari Rere tapi hasilnya nihil Rere belum membalasnya lalu kuputuskan untuk mengirimnya pesan lagi karena aku ingin penjelasan darinya.

Untuk  : Rere
Jadian sama Radit? Sumpah demi Tuhan ngga! Kenapa nyangka kaya gitu?
Send, terkirim. Aku resah menunggu balasan dari Rere, aku benar-benar penasaran sebenarnya apa yang terjadi, aku benar-benar ingin tahu kronologi kejadian ini, tiba-tiba handphone ku bergetar, yeah Rere membalasnya, aku langsung membukanya.
Tanya aja ke Radit
Ya ampun jawaban macam apa itu, aku butuh penjelasan bukan malah berputar-putar seperti ini, aku pun langsung membalasnya untuk meyakinkan bahwa aku tak bersalah.
Rere, saya ngga pernah jadian sama Radit, saya ngga pernah pacaran sama Radit, saya ngga pernah suka sama Radit. Maaf kenapa kamu nyangka kaya gitu, sedangkan saya ngga kaya yang kamu sangka re. Tolong re jelasin kenapa kamu nyangka kaya gitu, kalo saya punya salah saya minta maaf. Tapi sumpah saya ngga ngerebut Radit ;(
Air mata ini berurai ketika aku mengetik pesan ini, aku sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sudah dua tahun aku jarang bertemu Rere semenjak kami memutuskan untuk melanjutkan sekolah SMA yang berbeda dan setelah itu aku jarang menghubunginya bukan karena sombong atau melupakannya hanya saja kami sama-sama sibuk. Setelah aku dan Rere berbeda sekolah, aku tak tau hubungan Rere dan Radit, ya Rere dan Radit masih satu sekolah bahkan satu kelas namun aku benar-benar tak tau perkembangan hubungan mereka. Terakhir kali Rere masih menghubungiku dan hubungan kami masih baik-baik saja, bahkan aku mengucapkan selamat atas anniversary yang ketiga tahun atas  hubungan Rere dan Radit bahkan aku sudah mempersiapkan hadiah untuk mereka berdua meskipun aku belum menyerahkannya pada Rere tapi setidaknya aku sudah berencana ingin bertemu dengan Rere liburan semester nanti sambil menyerahkan hadiah ini padanya namun akankah aku berubah fikiran? Aku tidak tau, aku belum tau! Beberapa menit kemudian Rere membalas lagi pesanku, namun saat aku membuka pesannya, isi hanya hanya beberapa kata yang membuat aku semakin bingung.
Tanya aja ke Raditnya sendiri
Ya Tuhan… dahiku berkerut, kepalaku benar-benar pening, tiba-tiba suara gedoran pintu terdengar lagi, ibu memanggilku dengan suara cemas. Ya ampun, ini sudah jam 5 sore sedangkan aku masih belum berganti pakaian, belum makan juga pantas saja ibu khawatir. Kubuka pintu kamar yang sedari tadi aku kunci, ibu menyeruak masuk kedalam kamarku memastikan keadaanku, aku berbaring lagi ditempat tidurku entahlah rasanya sangat lemas. Ibu memeriksa keadaanku, beliau nampak cemas melihatku yang sangat kacau, mataku sembab, hidungku merah, kentara sekali aku habis menangis.
“Kamu kenapa? Sakit?” ibu bertanya padaku, beliau mengusap keningku, dengan cepat aku menggeleng karena aku tidak mau ibu mengetahui permasalahanku dengan Rere. Dengan gerakan cepat aku bangun lalu segera kupeluk ibuku, aku butuh sebuah pelukan hangat dari ibu, aku butuh sebuah kekuatan. Ibu membalas pelukanku, merengkuhku erat, pelukan ini begitu hangat seperti memberiku sebuah kekuatan. Aku tak bisa menahan ini, mataku berkaca-kaca tak bisa ku bendung lagi namun ku tak sanggup menceritakan hal ini.
“Ibu, aku sedang tidak baik-baik saja.” jeritku dalam hati, lalu butiran bening in tanpa permisi menetes di dua belah pipiku, dengan pergerakan cepat langsung ku seka pipiku yang sudah basah, demi Tuhan aku tak ingin ibu melihatnya.
“Anggun ada masalah apa, ceritakan pada ibu!” ibu berkata lirih padaku, maaf bu aku tak sanggup menceritakannya.
“Ngga ada ko bu, anggun cuma cape aja.” Jawabku berbohong lagi, sekali lagi maafkan aku Tuhan aku tak bisa berkata jujur pada ibu, maaf…
Ibu melepaskan pelukan ini lalu beliau berkata,”Anggun tidak boleh menyerah meskipun lelah, anggun tidak boleh kalah dengan rasa lelah, ayo bangkit kamu pasti bisa!” mataku berkaca-kaca lagi, Tuhan aku begitu beruntung memiliki ibu seperti ibuku ini wanita kuat yang selalu memberiku semangat, aku tersenyum seolah-olah ibu telah mengobarkan semangat padaku.
***
Suara dentingan jam terdengar dikamar ini, suasana begitu sunyi, malam pun semakin larut, aku masih duduk termenung dikursi sambil menatap buku-buku pelajaran yang berserakan di meja belajarku. Aku tak bisa berkonsentrasi, kejadian ini begitu menyita waktu dan pikiranku! Sungguh aku tak boleh seperti ini terus tapi ini benar-benar menyiksa fikiran dan hatiku. Handphone ku menari-nari diatas meja belajarku, suara getarannya memecah keheningan malam ini. Kubaca layar handphone dan ternyata pesan dari teman-temanku yang menanyakan tentang jadwal besok, hmm aku kira pesan dari Rere. Ku baca lagi percakapan aku dan Rere di handphoneku lalu kuputuskan untuk mengirim pesan lagi padanya.
Rere, aku cuma mau bilang kalo aku ngga pernah jadian sama Radit, maaf kamu salah duga ;(
Berhasil terkirim, aku menunggu reaksi Rere dan beberapa detik kemudian dia membalas pesanku.
Tanya ke Raditnya
Ya ampun kenapa dia balas seperti ini lagi, aku berfikir balasan apa yang ingin aku kirim padanya namun aku putuskan untuk menyakan pada Radit, ya tidak ada salahnya kan toh Rere menyuruhku untuk menanyakannya pada Radit, jadi aku mencari kontak Radit di handphone ku lalu ku fikirkan kata-kata untuk meminta penjelasan padanya.
Radit ini Anggun
Maaf, kenapa Rere nyangka saya jadian sama kamu? Tolong jelasin!
Dan terkirim lalu Radit membalasnya dengan cepat
Saya juga ngga tau.
Dia cuma liat ada sms kamu yang waktu itu.
Deg! Waktu itu? Sebenarnya sms apa yang dibaca Rere? Aku mengernyit ketika membaca sms balasan dari Radit. Kenapa jawaban Radit seperti ini, kenapa dia tak menjelaskan padaku? Aku benar-benar membutuhkan penjelasan karena aku tak mengerti sungguh tidak mengerti akar dari permasalahan ini. Dan aku pun mencoba membalas pesan Radit lagi.
Waktu kapan? Aku ngga ngerti, pls aku ngga mau Rere sakit hati! ;(
Aku mengirim pesan ini pada Radit, ya benar aku benar-benar tak ingin Rere sahabatku sakit hati hanya karena kesalahpahaman ini, aku tak ingin semua terjadi tanpa ku mengerti. Aku menunggu balasan sms dari Radit namun sampai beberapa menit dia tak kunjung membalasnya. Aku kesal, benar-benar kesal! Kenapa dia tak membalasnya? Aku butuh penjelasan! Aku baca lagi sms dari Radit ‘dia Cuma liat ada sms kamu yang waktu itu’ aku bertanya-tanya sebenarnya Rere melihat sms saya yang seperti apa ke Radit? Otakku berfikir keras mencoba untuk mengingat sms apa saja yang aku kirim pada Radit dan setau aku tak ada sms yang berkesan kalau aku merebut Radit. Aku tidak pernah menghubungi Radith kecuali jika memang ada hal yang penting, lalu apa ini, apa maksudnya? Tuhan… aku benar-benar tidak mengerti. Lalu tiba-tiba ingatan ku melayang, aku ingat betul Rere selalu menghubungiku jika ada masalah dengan Radit, Rere selalu menceritakannya padaku apalagi setelah kita tidak satu sekolah lagi, aku ingat betul Rere selalu memintaku untuk menghubungi Radit, ya dia selalu memintaku untuk menghubungi radith jika dia ada masalah dengan Radith. Ah gotcha! Aku mengerti pangkal dari permasalahn ini, apakah ini sebuah jebakan ataukah ini kesalahpahaman?
To Be Continue…
 Thank's for reading :) 

No comments:

Post a Comment