Bagai daffodil yang gelisah,
Sedetik bahagia, detik berikutnya
bertanya-tanya.
Apa yang seharusnya dilakukan?
Memulai menyapa atau biarkan
saja?
Rasa penasaran itu memenjaraku
pada detik-detik yang penuh gelisah.
Ingin melangkah, tapi aku harus
penuh perhitungan.
Aku sungguh penasaran, apakah kau
juga sama?
Kepalaku puisi yang tak pernah
mampu membaca kepalamu!
Peta tak pernah mengenal
alamatmu!
“Kau yang cuma singgah atau aku
yang terlalu berharap pada titik temu?”
Kamu hidup dalam otakku,
visualnya saja, tak ada realitanya.
Namun, kamu benar-benar ada!
Jadi bagaimana, apakah aku yang
harus memulainya?
Atau aku harus selalu sabar
menunggu?
Tapi sampai kapan ya? Ku pun tak
tau!
No comments:
Post a Comment