Sunday, May 30, 2021

Surat untuk Mei

Bagai daffodil yang gelisah,

Sedetik bahagia, detik berikutnya bertanya-tanya.

Apa yang seharusnya dilakukan?

Memulai menyapa atau biarkan saja?

Rasa penasaran itu memenjaraku pada detik-detik yang penuh gelisah.

Ingin melangkah, tapi aku harus penuh perhitungan.

Aku sungguh penasaran, apakah kau juga sama?

Kepalaku puisi yang tak pernah mampu membaca kepalamu!

Peta tak pernah mengenal alamatmu!

“Kau yang cuma singgah atau aku yang terlalu berharap pada titik temu?”

Kamu hidup dalam otakku, visualnya saja, tak ada realitanya.

Namun, kamu benar-benar ada!

Jadi bagaimana, apakah aku yang harus memulainya?

Atau aku harus selalu sabar menunggu?

Tapi sampai kapan ya? Ku pun tak tau!

 

No comments:

Post a Comment