Jam
ditanganku menunjukkan pukul 16.45, suasana di dalam gerbong yang kunaiki masih
hening, hanya terdengar suara kereta yang bergesekan dengan rel dan suara kecil
pendingin ruangan yang berhasil membuat gerbong ini terasa sangat dingin.
Sesekali aku melihat pemandangan dari balik jendela yang terlihat hamparan
sawah membentang luas, sesekali juga aku melihat pemandangan pohon-pohon yang
berlalu dengan cepat secepat kereta yang melaju. Sesekali aku melihat dan
mendengar pramugari dan pramugara kereta yang bergiliran menyajikan makanan,
minuman, dan juga bantal.
Hampir tiga jam aku duduk di bangku ini,
rasanya sedikit membosankan karena aku hanya sendirian dan ditambah tempat duduk
di sampingku sedari tadi kosong. Di gerbongku terdapat layar telivisi cukup
besar yang menggantung dan sedang menyajikan sebuah film yang entah judulnya
apa, tetapi percuma saja aku menontonnya karena film tersebut tidak ada
suaranya dan aku tidak tahu kenapa. Anak kecil yang duduk di depanku terdengar
protes kepada orangtuanya perihal film tersebut yang tidak ada suaranya dan
kudengar orangtuanya mencoba memberi penjelasan, namun anak kecil tersebut
terdengar tidak bisa menerima penjelasan dan bertanya lagi. Menonton film yang
tidak ada suaranya dari layar tersebut tidak berhasil memecahkan kebosananku,
akhirnya aku hanya bisa mendengarkan musik dari smartphoneku.
Aku melihat jam yang melingkar di tanganku dan
beralih memandang ke tiket keretaku, kulihat sebentar lagi kereta yang aku
naiki akan tiba di stasiun tujuanku. Aku mempersiapkan tas dan barang yang aku
bawa, kemudian terdengar suara dari pengeras suara yang menyatakan bahwa kereta
yang kami naiki akan tiba di stasiun pemberhentian terakhir dan menyuruh
penumpang untuk mempersiapkan barang bawaannya agar jangan sampai ada yang
tertinggal.
Setelah
mendengar suara dari pengeras suara, gerbongku sedikit riuh karena beberapa
orang yang sedari tadi diam, entah karena tertidur atau memang tidak ingin
berbicara, segera mempersiapkan tas dan barang-barang bawaannya. Beberapa dari mereka
sedang menelepon seseorang yang mungkin menjemput mereka. Aku juga mengecek smartphoneku dan mencoba menghubungi
sahabatku karena dia akan menjemputku di stasiun. Tidak ada jawaban dari sahabatku
ketika aku menghubunginya. Aku mencoba menghubunginya sekali lagi, tetapi sama
saja dia tidak mengangkatnya. Aku mengecek percakapan terakhir kami sekitar
satu jam yang lalu dan kupastikan dia benar menjemputku. Aku sedikit panik
karena takut sahabatku lupa dengan janjinya yang akan menjemputku tetapi aku
mencoba menyakinkan diriku bahwa dia tidak akan melupakan janjinya.
Tepat
pukul 17.15, kereta yang aku naiki tiba di stasiun pemberhentian terakhir. Aku
dan penumpang lainnya segera bergegas keluar dari kereta. Ini adalah
pertamakalinya aku menginjakkan kaki di stasiun ini sehingga aku ingin dijemput
sahabatku. Stasiun ini memiliki banyak jalur, mungkin karena ini stasiun besar
dan kereta yang tadi kunaiki berhenti di jalur yang paling ujung sehingga aku
harus berjalan cukup jauh ke arah pintu keluar.
Aku
mengecek smartphoneku lagi dan
ternyata belum ada jawaban dari sahabatku, oleh karena itu aku memutuskan untuk
menunggunya di tempat duduk dekat pintu keluar. Tempat duduk ini menghadap ke
arah barat, aku memandang matahari senja yang sudah condong ke arah barat.
Sisa-sisa cahayanya masih terpancar melalui gerbong-gerbong kereta yang sedang
berhenti.
Suasana
senja di stasiun ini cukup ramai oleh orang-orang yang datang dan yang akan
pergi. Beberapa kursi dipenuhi oleh mereka yang sedang menunggu waktu
keberangkatan. Mungkin hanya aku yang sedang menunggu untuk dijemput karena
orang-orang yang tadi satu kereta denganku, kulihat mereka sudah berhamburan ke
pintu keluar. Aku melihat kesibukan di stasiun ini, beberapa porter menawarkan
jasanya pada para penumpang. Beberapa petugas kebersihan sedang sibuk
membersihkan lantai yang mungkin tidak pernah bersih. Lalu lalang orang yang
lagi-lagi akan datang dan pergi ramai sekali. Aku mengecek smartphoneku lagi, belum ada panggilan balasan dari sahabatku, aku
tidak mengerti kenapa dia susah dihubungi. Aku panik karena aku takut tetap
berada di sini tanpa ada orang yang aku kenal dan aku juga takut terjadi
sesuatu dengan sahabatku.
Langit
mulai gelap, malam sudah datang dan senja sudah berlalu. Lampu-lampu di stasiun
mulai dinyalakan, suasana malam terasa lebih hidup. Orang-orang yang tadi duduk
menunggu kereta sudah berangkat dan aku sudah melihat keberangkatan dan
kedatangan orang-orang berkali-kali. Ini sudah hampir dua jam aku duduk di sini
menunggu sahabatku dengan cemas. Aku sudah memutuskan sedari tadi jika sampai
dua jam sahabatku belum juga menghubungiku maka aku akan mencoba pulang ke
rumahnya yang kurang lebih akan ditempuh satu jam dari sini menggunakan jasa
transportasi online.
Setelah
dua jam aku menunggu, akhirnya aku memutuskan untuk bergegas karena belum ada
kabar dari sahabatku. Aku memberanikan diri berjalan ke pintu keluar untuk
memesan transportasi online. Saat
sampai di pintu keluar stasiun, tiba-tiba aku melihat ada pesan masuk dari
sahabatku. Kubaca isinya yang menyatakan bahwa dia tadi tertidur di rumah
karena lelah sekali sehabis dari kampus, oleh karena itu dia terlewat
menjemputku. Dia meneleponku dan menyuruhku untuk tetap menunggu karena dia
sudah dalam perjalanan ke stasiun untuk menjemputku. Hatiku lega karena tidak
terjadi hal buruk pada sahabatku dan aku akan segera bertemu dengannya,
meskipun aku sudah lelah menunggunya.
dicoba keberuntungannya bersama dengan kami di ionqq*com
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 20.000
ayooo buruan bergabung kami tunggu ya ^^