Nabi
Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal, tahun gajah,
kira-kira 571 masehi. Pada tanggal 17 Ramadhan, beliau menerima wahyu pertama
kali yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Pada saat itu pula Nabi dinobatkan sebagai
Rasulullah atau utusan Allah SWT untuk seluruh umat manusia.
Penyiaran
Islam secara Sembunyi-Sembunyi
Ketika wahyu pertama
turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat manusia menyembah dan
mengesakan Allah SWT. Pada saat sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu
yang kedua (Qs. Al-Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW
yaitu menyeru umat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Awalnya Rasulullah
berdakwah secara diam-diam di lingkungan sekitarnya sendiri dan
dikalangan rekan-rekan, orang yang pertama kali manerima serta mengikuti
dakwahnya. Mula-mula istri Rasul sayyidatina Khadijah kemudian disusul imam Ali
yang sekaligus juga menjadi pemeluk agama Islam termuda, imam Ali memeluk agama
Islam pada usianya yang ke-10 tahun. Kemudian disusul oleh Abu Bakar , Zaid,
Ummu Aiman dan lain-lain. Dengan dakwah secara diam-diam ini belasan
orang telah menyatakan diri memeluk agama Islam. Setelah beberapa lama dakwah
tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi melakukan
dakwah secara terang-terangan.
Penyiaran
Islam secara Terang-Terangan
Turunlah firman
Allah SWT, surat Al-Hijr:94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwa secara
terang terangan.
“
Maka sampaikan lah oleh mu secara terang-terangan segala apa yang di
perintahkan ( kepadamu ) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”
“Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu
yang terdekat.”(Asy-Syu’araa).
Dengan datang atau turunnya perintah itu Nabi mulai berdakwah
secara terang-terangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat
karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada
masyarakat umum. Maka Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang
Makkah, beliau bersabda “Bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa
dilembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan
mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka menjawab “ ya , kami percaya karena
kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta” maka Rasulullah bersabda
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang
siksa yang sangat pedih”. Lalu Rasul mengajak mereka untuk beriman kepada
Allah.
Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan
perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu,
pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga
melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka mereka pun semakin
keras melancarkan serangan-serangan, baik pada Nabi ataupun pada para pengikut
Nabi.
Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar
Nabi menghentikan dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena
perlindungan dari pamannya Abi Thalib yang sangat disegani dikalangan
masyarakat saat itu. Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangsawan
terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka yang tidak
memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy saat
itu. Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para
pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari
kaum Quraisy saat itu. Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan
dakwahnya di wilayah lain dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat
alasan lainnya adalah untuk menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy
saat itu.
Rasulullah
SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Ketika
beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair dan penuh kegembiraan
oleh penduduk
Madinah. Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang
memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan
ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah tiba dan
diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah. Sehingga
disamping sebagai kepala/pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala
pemerintahan/Negara Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi
meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, adapun dasar-dasar
tersebut adalah:
1. Mendirikan
Masjid sebagai tempat peribadatan dan pertemuan, mengadili perkara dan
sebagainya.
2. Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin.
2. Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin.
3. Perjanjian
bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
4. Melaksanakan
dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Sumber
:
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: PT Raja Grafindo Pustaka, 2004
No comments:
Post a Comment