Persoalan sampah di Indonesia merupakan masalah klasik yang rumit untuk dientaskan dan menjadi suatu tantangan tersendiri. Kurangnya kesadaran individu tentang pengelolaan sampah merupakan salah satu pemicunya. Sampah yang bertebaran di lingkungan sekitar hingga membentuk gunungan dan menimbulkan bau menyengat merupakan hal lazim yang sering dijumpai di Indonesia. Kurangnya edukasi terhadap jenis sampah dan pilah-pilih dalam membuang sampah juga menjadi katalis dalam penumpukan dan permasalahan sampah yang tak kunjung usai.
Tak
berhenti di situ saja, di tempat pembuangan akhir pun sampah menggunung,
tercampur segala jenis sampah, memicu berbagai macam polusi, dan pencemaran
tanah. Layaknya efek domino, sampah yang tercemar juga berdampak negatif bagi
kesehatan manusia dan bumi. Pasalnya, sampah memicu tersebarnya penyakit ke
manusia dan juga menyebabkan terjadinya gas metan. Gas metan ini akan meledak
dan bisa menyebabkan efek rumah kaca.
Lalu,
dari manakah penyumbang sampah terbesar di Indonesia? Menurut laporan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilansir dari
dataindonesia.id, mayoritas sampah yang ada di Indonesia pada 2021 bersumber
dari rumah tangga, yakni sebanyak yakni 42,23%. Sementara itu, berdasarkan data
dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menyebutkan bahwa
jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 29,8 juta ton sepanjang tahun
2021. Sampah plastik menempati urutan terbanyak, yakni sebesar 17,54%.
Salah
satu elemen yang berperan dalam pengelolaan dan penanganan sampah adalah
pemulung. Hal ini karena para pemulung memiliki keterampilan dalam memilah
sampah, mendaur ulang, dan bahkan meningkatkan kembali nilai guna suatu barang
yang sudah dianggap sampah. Meskipun begitu, hadirnya pemulung menjadi sebuah
dilema sosial. Hal ini karena profesi pemulung merupakan profesi informal yang
sering mendapatkan cap negatif, dianggap sebagai pengganggu, dan menjadi
masalah sosial.
Melihat
adanya dua masalah yang saling berkaitan ini, yaitu masalah sampah dan
pemulung, tercetuslah sebuah ide dari perempuan hebat. Ia adalah Siti Salamah
yang tergerak hatinya untuk menyelesaikan permasalahan sampah dan pemulung di
lingkungan tempat tinggalnya. Ia merupakan warga Tangerang Selatan. Pada
awalnya, ia tergerak untuk mengelola Lapak Pemulung di tahun 2015 dengan menggagas
kegiatan sosial dalam bidang pendidikan Islam, seperti Maghrib Mengaji. Seiring
dengan berjalannya waktu, ia melihat bahwa mereka juga membutuhkan pendidikan
lainnya, sehingga ia menginisiasi kegiatan belajar mengajar di Lapak Pemulung.
Selain memberikan edukasi dalam bidang pendidikan agama dan umum, ia juga
memberikan edukasi seputar pengelolaan sampah dan program pemberdayaan
pemulung.
Meskipun
perjuangannya tidak mudah dalam mengedukasi masyarakat Lapak Pemulung di Jurang
Mangu, Tangerang Selatan, tetapi Siti tetap gigih. Banyak rintangan yang ia
lewati, penolakan masyarakat pemulung juga sering ia hadapi. Namun, usaha keras
tidak mengkhianati hasil. Lambat laun perjuangannya membuahkan hasil yang
positif. Banyak anak pemulung yang bisa mengenyam pendidikan dan masyarakat
pemulung yang teredukasi atas program yang Siti rancang.
Pada
tahun 2019, Siti Salamah berkolaborasi dengan dua rekannya menggagas start up dengan nama Waste Solution Hub.
Permasalahan sampah dan kesejahteraan pemulung merupakan modal utama yang
membuatnya tergerak untuk menciptakan program Waste Solution Hub. Pendekatan
yang ia lakukan dalam menjalankan program ini adalah berdasarkan sistem
pengelolaan sampah yang terintegrasi berbasis teknologi.
Waste
Solution Hub berfokus pada consulting,
creating, empowering, dan solving.
Keempat poin tersebut sudah mencakup konsultasi berkelanjutan dan pelatihan
pemberdayaan pemulung dengan pendekatan win-win-solution.
Selain itu, program yang diciptakan pun banyak, seperti pengelolaan sampah event dan cluster perumahan yang dikelola secara end-to-end agar bisa menambah nilai keberlanjutan.
Upaya
yang dilakukan Siti Bersama Waste Solution Hub membuahkan hasil yang positif. Pasalnya,
hingga kini Waste Solution Hub telah mampu mengedukasi lebih dari 23.435 orang
dalam setiap programnya. Jumlah pemulung yang telah diberdayakan sebanyak lebih
dari 1.222 orang di wilayah Tangerang Selatan, lebih dari 171 sukarelawan yang
terlibat, dan jumlah sampah yang dikelola mencapai lebih dari 4.388 kilogram. Bukan
sampai di situ saja, Waste Solution Hub juga menginisiasi kegiatan sosial
berupa donasi untuk pekerja informal (pemulung) selama pandemi mendistribusikan
sebanyak 5.006 paket sembako.
Kegigihan
Siti Salamah dalam menyejahterakan pemulung sekaligus mengatasi permasalahan
sampah di Indonesia mendapatkan banyak apresiasi. Waste Solution Hub
mendapatkan penghargaan bertaraf nasional dari PT. Astra International Tbk. Dalam
kategori Kelompok sebagai penggerak Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis
Teknologi oleh SATU Indonesia Award yang diselenggarakan Astra. Siti Salamah
merupakan salah satu sosok inspiratif yang mendapatkan penghargaan SATU
Indonesia Award, masih banyak anak bangsa lainnya yang luar biasa dan
mendapatkan apresiasi dari Astra.
Siti
Salamah memiliki target dan cita-cita untuk kedepannya. Melalui Waste Solution
Hub, ia memiliki target 10.000 mitra pemulung, meningkatkan pendapatan sebanyak
100 persen, mengelola 1.000 ton sampah per hari, menghasilkan lebih dari 1.000
produk daur ulang, dan mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang dan
pembelajaran di seluruh Indonesia.
Semoga
kedepannya semakin banyak anak bangsa yang inspiratif dan memberikan solusi
bagi permasalahan sosial di Indonesia. Semoga dengan membaca kisah Siti
Salamah, kita bisa termotivasi untuk melakukan perubahan di sekitar kita ke
arah yang lebih baik dan positif. Semoga semakin banyak apresiasi yang
diberikan kepada anak bangsa yang menciptakan gebrakan positif. Terima kasih
telah membaca tulisan ini.