Juni, aku atau kamu atau bahkan kita pasti selalu teringat
tentang "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi
Agaknya memang benar adanya bahwa beliau lah sang cenayang
Bahwa Juni selalu disambut dengan rintik yang syahdu
Lalu di akhiri dengan gerimis yang sendu
Aku juga mengiyakan bahwa "tidak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni", bagaimana tidak? Segala rintik rindu itu
dirahasiakannya begitu saja kepada pohon berbunga itu.
Agaknya kita pasti pernah berada di posisi itu, ketika rindu
begitu menggebu tetapi tak bisa bertemu.
Bukan hanya bertemu, bahkan untuk menyatakan saja sulit.
Maka sekali lagi benar bahwa memang tidak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni, karena segala yang tak terucap itu dibiarkan saja hingga
terserap oleh akar pohon berbunga itu.
Atau apakah Juni itu adalah aku? Atau apakah aku adalah hujan
bulan Juni?
Entahlah, analogi itu begitu indahnya sampai aku terlupa.