“Tidak peduli sejauh apa kau
melangkah, pada akhirnya rumah adalah tempatmu kembali.”
Ya benar sekali, dan aku
benar-benar meresapi kutipan tersebut setelah sekian lama aku pulang pergi dari
rantau ke rumah.
Selama ini, bagiku pulang hanyalah
rutinitas saat liburan semester telah tiba dan aku akan menyambutnya dengan
suka cita.
Tapi semuanya berubah, pada
liburan ini berbeda dari liburan sebelum-sebelumnya.
Aku dilanda sakit yang cukup
parah sampai harus dibawa ke rumah sakit. Dalam keadaan sakit itu aku harus
pulang ke rumah dan membuat keluargaku cemas. Aku selama ini tak banyak
bercerita tentang keadaanku, ya karena selama ini aku baik-baik saja.
Ibu selalu menasehati agar aku
selalu sabar, karena bagaimana pun sakit adalah ujian. Pinjami aku hatimu agar
aku bisa sesabar engkau, bu.
Dari ibu aku melihat ketulusan
dan kesabaran yang terpancar.
Dengan sabar, beliau merawatku
yang sedang sakit.
Ketika aku menangis, meski bukan
karena sedih, beliau selalu menguatkanku tetapi sesungguhnya aku tahu bahwa
beliau tidak sanggup menahan tangisnya.
Bagiku, beliau seperti malaikat.
Oh Tuhan, kelak tolong balas beliau dengan surga-Mu.
Tetapi semuanya tidak berlangsung
lama, hanya tiga minggu saja, aku harus kembali ke rantau lagi.
Ya, aku mengerti, tiga minggu
adalah waktu yang singkat. Belum cukup mengobati luka-luka rindu berbulan-bulan
tak bertemu. Belum cukup juga mengobati luka fisik ini.
Tapi aku harus kembali merakit
mimpi, aku tidak boleh lemah, tidak boleh menyerah, masa depan yang cerah harus
kuraih.
Terima kasih, keluarga adalah
segalanya.
No comments:
Post a Comment