Aku bertanya pada diri sendiri,
sebenarnya aku yang terlalu memaklumi atau kau yang memang tidak peduli?
“Jangan menangis lagi ya!” ujarmu
padaku sebelum “dag” saat pertemuan terakhir kita lima bulan yang lalu. Hmm sudah
lama yaaa.
Satu kali dua puluh empat jam aku
menunggu dering handphoneku barangkali ada pesan darimu, nihil.
Dua puluh empat jam berikutnya dan
berikutnya tetap sama, tak ada notifikasi pesan darimu, ah barangkali belum,
sangkaku.
Hari demi hari berganti, aku takut
(lagi) kehilanganmu untuk kesekian kali,
hingga aku menyadari bulan terus
berganti dan belum juga ada tanda dari kedatanganmu, baik nyata maupun maya.
Seringkali aku bertanya, pada diri
sendiri tentunya, mengapa kau mendiamkanku? Mengapa mengabaikanku? Apa kabarmu?
Masih adakah rasa yang kusebut cinta bersemayan dalam hatimu?
Wahai jiwa yang kusebut cinta,
bagaimana bisa aku tidak menangis jika sumber dari tangisku adalah kau!
Bagaimana bisa kau melarangku menangis jika
sebab dari tangisku adalah kau!
Lantas harus berapa lama lagi aku
menunggu?
Menunggumu seperti menunggu Godot, kau
adalah keberadaan dari suatu ketiadaan.
Lelahku dipermainkan rasa,
Tapi aku masih punya asa!
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
ReplyDeletemampir di website ternama I O N Q Q
paling diminati di Indonesia