DI BAWAH RINAI HUJAN
Afifah f
Saat rinai hujan
turun membasahi bumi, kilat pun bertebaran dilangit, angin yang berhembus
mendinginkan hatiku. Aku tersipu menatap rintik-rintik yang turun, semakin lama
semakin deras, tiba-tiba sesuatu bayangan berkelebat diantara rintik-rintik
hujan itu. Bayangan dirimu! Ya, itu dirimu, walaupun bukan nyata, walaupun
ilusi saja, tapi tak terpungkiri disini aku sedang memikirkanmu, merindukan
sosok dirimu. Aku masih berdiri disini menghadap ke jendela kamarku, masih
menatap air hujan yang turun, yang membuat bunga-bunga didepan rumahku
menggigil dan mampu membuatku bernostalgia. Hujan disiang hari ini membawaku ke
masa lalu, saat bersamamu. Saat itu kita berdua masih kecil, masih polos dan
kita masih duduk dibangku sekolah dasar. Setiap hujan turun pasti kita bahagia
karena kita bisa bermain dibawah rinai hujan, bermain lumpur, berkejar-kejaran,
menaiki sepeda dan kita bisa membuat teman-teman kita keluar rumah dan bermain
bersama, kita tertawa bersama dibawah rinai hujan. Kita tak peduli pada orang
tua kita yang melarang kita karena kita hanya anak kecil yang hanya ingin
bermain, bermain dan bermain. Kadang setelah puas bermain air hujan, esoknya
kita sakit. Tapi, kau selalu mengajariku
untuk menjadi gadis yang kuat, gadis yang tak cengeng. Aku tersenyum mengingat
itu, aku teringat kata-kata yang keluar dari mulutmu yang mampu menghipnotisku,
kau selalu berkata begini,”jadilah gadis kecil yang kuat Lavina, tumbuhlah kau
menjadi gadis yang kuat, kuyakin suatu saat nanti kau menjadi Lavina yang
hebat.” Setiap ku lemah, setiap kusedih kau selalu mengingat kata-katamu.
Seperti saat ini, tak terasa butiran bening halus menetes didua belah pipiku.
Ku menatap foto aku dan kamu, yang terpajang rapi di pigura bergambar mickey
mouse, kartun kesukaanku yang kau kasih padaku saat ulang tahunku yang ke-11.
Di foto itu, aku dan kamu sedang tertawa bahagia dibawah rinai hujan. Foto-foto
aku dan kamu terajang rapi didinding kamarku, kebanyakan foto saat kita tertawa
bahagia dibawah rinai hujan. Kau yang mengusulkan agar aku memasang foto kita
dikamarku, “ vin, foto-foto kita dipajang dikamar kamu saja.” Aku heran mengapa
kau menyuruhku begitu. “agar kau selalu mengingat masa-masa kecil kita yang
penuh tawa dan kebahagiaan, dan kau selalu mengingat aku, sahabatmu.” Aku heran
mengapa kau tak memajang foto-foto kita dikamarmu juga, ”asal kau tahu vin,
walaupun aku tak memajang foto-foto kita dikamarku, tapi aku memajang kenangan
bersamamu diotakku, menanamnya dalam memoriku, mengingatnya dalam benakku dan
menempatkannya dalam hatiku, selamanya.” Itu yang kau katakan, membuat hatiku
damai. Rinai hujan yang turun semakin deras, angin yang berhembus semakin
kencang, membuat tubuhku menggigil. Setiap rinai hujan turun aku pasti terbawa
suasana karena dibalik rinai hujan ada kenangan terindah, kenangan aku dan
kamu! Aku menatap foto aku dan kamu, saat kita baru saja lulus SD, di foto itu
kita tersenyum bangga dan latar belakang foto itu saat rinai hujan! Ya, aku
teringat memang saat itu hujan sedang turun deras tapi kita tak pernah takut
hujan. Setelah itu kita tumbuh menjadi anak remaja, kita duduk dibangku SMP dan
kita masih satu sekolah. Sekolah kita tidak terlalu jauh dengan rumahku dan
rumahmu dan karena itu kita selalu bersepeda ke sekolah. Kau tak pernah
berubah, kau selalu menjadi sahabatku yang apa adanya. Walaupun kita sudah SMP,
kita masih menikmati rinai hujan yang turun. Bermain dan bercanda dibawah rinai
hujan, menikmati rahmat Tuhan. Kau selalu berkata, “hujan adalah rahmat Tuhan,
dan kita harus selalu mensyukurinya karena memang dibalik rahmat-Nya, Dia
menyampaikan pesan.” Aku tahu daerahku adalah kota yang indah terletak di
selatan kota Bandung, daerahku menjadi daerah yang paling banyak menerima hujan
di Indonesia karena itu tak heran setiap hari hujan turun, kadang deras dan
kadang tak deras. Daerahku memiliki potensi alam yang sangat indah, tak
percaya? Buktinya saja dipinggir jalan, dipingir pemukiman penduduk, menghampar
luas perkebunan teh. Ya teh, salah satu komuditi ekspor Indonesia. Udara yang
lembab menyebabkan suhunya dingin dan banyak pula perbukitan disini,
bukit-bukit yang sangat indah ditumbuhi pohon cemara dan ada juga edelweiss
yang indah diketinggian sana. Aku menatap rinai hujan yang juga belum reda,
rindu pun menyeruak didalam hatiku, rindu pada dirmu sahabat. Aku membuka album
kenangan saat SMP, saat usia kita bertambah, saat kita menginjak remaja, kau
masih setia menjadi sahabatku, aku tak risih bersahabat dengan kamu karena kita
sudah bersama sejak kecil, kadang ada saja yang tidak suka denga kita, kadang
ada yang mencibir kita karena kita sangat akrab dan kadang ada yang
mengakatakan kita seperti orang pacaran, tapi kau selalu berkata “jangan
dengarkan kata mereka vin, mereka hanya iri kepada kita” kata-katamu
meneyejukkan hatiku, kau tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan, kau baik dan
kau disukai banyak orang, terutama kaum hawa. Kadang saat kita tertawa bersama
melewati koridor sekolah, banyak sekali wanita pemujamu yang mencibirku, tapi
aku tahu kenapa mereka mencibirku karena mereka iri padaku yang bisa berada
disampingmu setiap saat, mereka mengagumi ketampananmu, kepintaranmu, dan
kebaikanmu. Aku beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu. Diantara wanita
pemujamu, ada sosok yang cantik seperti Dea, Ayu, Friska. Mereka sangat
menyukaimu dan dekat denganmu, Aku pernah mencoba mendekatkanmu dengan Dea,
cewek cantik berpostur tinggi yang sangat terkenal pintar, tapi kau memintaku
untuk tidak lagi mendekatkanmu dengan Dea. Pernah juga dengan Ayu, cewek imut
sahabatnya Dea, tapi kau juga menolaknya. Pernah juga dengan Friska, cewek
putih bermata sipit, pindahan dari Jakarta, tapi kau juga menolaknya dan
berkata, “vin dihatiku sudah ada seseorang yang mengisinya, orang yang aku
sayangi. Jadi kamu jangan pernah lagi mendekatkanku dengan cewek lain.” Aku
tersentak mendengarnya, tapi siapapun wanita yang mengisi hatimu, aku akan
selalu mendukungmu walaupun aku tak tahu wanita mana yang beruntung itu. Rinai
hujan mulai sedikit reda, katak-katak diluar rumah mulai berkotek riang
pertanda hujan sebentar lagi berhenti. Setelah itu cahaya matahari mulai
bersinar, sinarnya membias membentuk tujuh warna indah, me-ji-ku-hi-bi-ni-u
pelangi yang melengkung diatas danau didekat rumahku, warna yang indah, rahmat
Tuhan yan tak terhingga. Walaupun ku tahu pelangi hanya bersinar sebentar
setelah itu hujan pasti datang lagi. Katak-katak masih berkotek riang
memecahkan kesunyian dalam hatiku, andaikan saja kau masih ada disini pasti aku
akan menikmati pelangi didanau bersamamu. Aku rindu gelak tawamu sahabat, apakah
kau melihatku? Aku teringat saat itu, setelah rinai hujan reda kau mengajakku
kedanau melihat pelangi yang bersinar melengkung diatas danau dengan latar
belakang perbukitan. Kita menaiki perahu kecil, menikmati sisa-sisa hujan
bersama katak-katak yang berkotek riang, menyambut senja yang sebentar lagi
akan tiba. Sore itu adalah sore terindah bersamamu, saat ku mengagumi pelangi kau
berkata, “hujan itu sebetulnya butir-butir air berbentuk bola, loh. Ukuran bola
air hujan sangat kecil, butir air hujan bening seperti kaca, mata manusia
melihat sinar matahari sebagai sinar berwarna putih, warna putih sinar matahari
itu sebenarnya gabungan beberapa warna. Nah, keajaiban terjadi saat sinar
matahari menembus butir bola air hujan. Ketika menembus air hujan, sinar
matahari pecah jadi sinar me-ji-ku-hi-bi-ni-u. hasilnya, kamu melihat pelangi
saat matahari bersinar dihari setelah hujan.” Kau menjelaskan dengan gamblangnya, aku
takjub mendengarnya, takku sangka pengetahuanmu sangat luas. Tiba-tiba sesuatu
perasaan menyeruak dalam hatiku, perasaan yang timbul seperti bunga yang
bermekaran, perasaan yang tercipta dari kebersamaan. Awalnya ku tak tahu rasa
apa itu,tapi aku tak bisa memungkiri kalau perasaan itu adalah CINTA. Rasa sayang
padamu melebihi seorang sahabat, aku tak mau kau tahu tentang ini, aku tak mau
menghancurkan persahabatan kita karena kuingat dihatimu sudah ada seseorang yang
menempati walaupun kutak tahu siapa orangnya. Aku tak mau mengakui kalau aku
jatuh cinta kepadamu, yang notabene sahabatku. Sore itu sore terindah dalam
hidupku sobat karena kau mengajariku tentang sesuatu yang belum kuketahui yaitu
cinta pertama dan kau cinta pertamaku, tapi kutak mau kau tahu, kutak mau orang
lain tahu dan lebih baik ku menyimpannya dalam hatiku. Dan resikonya aku harus
bisa menyembunyikan perasaan ini walaupun aku tersika tapi ini demi kamu. Rinai
hujan masih rintik-rintik, aku duduk dikursi menghadap kejendela, memandang
langit yang masih suram adakah kutemukan bayangan dirimu disana? Kalau saja kau
masih disini pasti kita akan menikmati rinai hujan ini dengan senyum bahagia.
Tapi kau tak ada disini, hanya sunyi sepi yang kurasa. Kenangan-kenangan indah
bersamamu masih terekam jelas dimemoriku, begitupun kenangan saat-saat terakhir
kita bersama. Saat itu tahun terakhir kita di SMP, sebentar lagi pngumuman
kelulusan, kau datang kerumah ku di saat rinai hujan sangat deras. Awalnya ku tak
tahu mengapa kau tiba-tiba datang kerumahku saat hujan begitu deras. Kusambut
kau dengan senyuman hangat, kau pun tersenyum padaku tapi kulihat ada keresahan
diwajahmu. Kudapati wajahmu begitu sedih, kutak tahu mengapa? Lalu kau
berkata,”Lavina, hari ini hari terakhir kita bersama, aku akan pindah keluar
kota, maafkan aku Lavina ini bukan keinginan aku!” aku tersentak ingin aku
mengeluarkan air mata, tapi kau selalu mengajariku untuk tegar. Aku belum siap
berpisah denganmu, aku belum siap menikmati setiap rinai hujan sendiri, aku
belum siap melewati hari esok tanpamu! Terlebih kau telah menanam bunga cinta
dihatiku, tapi kau berkata,”tetaplah kuat Lavina, percayalah walaupun aku tak
bersamamu tapi hatiku selalu bersamamu.” Aku mencoba untuk tetap tenang dan
tiba-tiba kau mengatakan sesuatu yang tak terduga,” aku mencintaimu Lavina, aku
ingin kau menjadi kekasihkuku, maukah kau menerima walapun kita tak bisa bersama?”
aku tak percaya ternyata kau mencintaiku juga, sahabatmu! Bunga-bunga
bermekaran dihatiku, aku menjadi wanita paling bahagia saat ini karena kau
memilihku. Aku tersenyum dan mengangguk pelan, lalu kulihat raut wajah bahagia
dimukamu, sejurus kemudian kau memelukku. Perasaan aneh itu meletup-letup dalam
hatiku menciptakan bunga-bunga indah yang menyeruak memenuhi ruang isi hatiku.
“aku berjanji akan selalu menemuimu setiap minggu.” Katamu. Kau memberiku
seikat bunga mawar indah. Hatiku bahagia sekaligus sedih, walaupun begitu aku
sudah memiliki hatimu. Hari itu menjadi hari bahagia dalam hidupku karena kau
cinta pertamaku mengungkapkan rasa itu kepadaku saat rinai hujan. Sekaligus
menjadi hari yang menyedihkan karena ku tak bisa menikmati rinai hujan yang
turun bersamamu lagi. Semenjak kau pergi dariku, hariku menjadi sepi tanpa
canda tawamu. Setiap hariku hanya sendiri menikmati rinai hujan, tanpamu. Tapi,
kau selalu menepati janjimu, setiap akhir pekan kau selalu datang kesini untuk
menemuiku. Setiap akhir pekan adalah hari terindah bagiku karena aku bisa
bertemu denganmu, melihat senyum indahmu dan menikmati rinai hujan bersama.
Walaupun hanya satu hari saja, tapi bagiku satu hari itu sangat panjang bila
bersamamu. Tak terasa hubungan yang kita bina sudah beranjak satu tahun, aku
sangat bahagia sekali bisa bertahan satu tahun. Siang itu kau berjanji akan
menemuiku,walaupun itu bukan akhir pekan tapi kau ingin merayakan satu tahun
hubungan kita disini. Kau datang padaku dengan membawa seuntai bunga, setibanya
dirumahku kau mengajakku kedanau. Tak ku sangka didanau kau meyiapkan kejutan
untukku. Hatiku berbunga-bunga betapa beruntungnya aku memilikimu. Siang itu
tiba-tiba hujan turun deras, tapi itu tak menghancurkan kebahagiaan kita, kita
selalu menikmati rinai hujan bukan? Tapi pada saat itu hujan turun sangat deras
tak seperti biasanya, disertai angin kencang. Aku sangat takut, kau
menenangkanku. Kita putuskan untuk pulang karena angin sangat kencang dan hujan
semakin deras. Aku tak bisa melihat dengan jelas dan kurasa kau pun begitu
karena hujan yang sangat deras itu menghalangi pandangan kita. Saat kita
menyeberang tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan maksimal,
mobil itu melaju tepat saat kita menyeberang, refleks kau mendorongku sampai
jatuh dipinggir jalan, tap kumelihatmu tertabrak mobil itu! Aku terpaku
melihatnya, tubuhmu terpental beberapa meter, aku mendapati dirimu sudah tak
sadarkan diri, darah keluar mengalir deras. Aku tak bisa menerima semua, orang
yang menabrakmu sudah melarikan diri. Sejurus kemudian suara sirene ambulans
menderu-deru diudara, sayang nyawamu tak terselamatkan, kau pergi untuk
selama-lamanya. Ku tak menyangka kau pergi begitu cepat, meninggalkan ku
sendiri. Hari itu juga kau dimakamkan, air mata terus mengalir deras didua
belah pipiku, tak henti-hentinya. Hari ini adalah hari peringatan hubungan kita
tapi hari ini juga peringatan kau pergi. Hujan sudah mulai reda, aku harus
kemakammu untuk memperingati semua ini.
Disini, diatas
pusaramu kutaruh seikat bunga agar kau tahu aku masih setia padamu. Aku sangat
merindukanmu, aku sangat menyayangimu. Sebagai tanda cintaku, kukecup nisanmu
dengan segenap hatiku. Air mata mengaliri pipi ini, tak kuasa aku menahan rindu
padamu. Namun kita sudah berpisah, aku harus bisa melepaskanmu. Hari sudah
senja, aku harus pulang! Terakhir aku membaca apa yang tertera dinisanmu…
RIP
JASON RADITYA
LAHIR :14 FEBRUARI 1995
WAFAT :15 MEI 2012
The
End
Desember,
2011