Thursday, January 10, 2019

Senja di Stasiun Kereta


Jam ditanganku menunjukkan pukul 16.45, suasana di dalam gerbong yang kunaiki masih hening, hanya terdengar suara kereta yang bergesekan dengan rel dan suara kecil pendingin ruangan yang berhasil membuat gerbong ini terasa sangat dingin. Sesekali aku melihat pemandangan dari balik jendela yang terlihat hamparan sawah membentang luas, sesekali juga aku melihat pemandangan pohon-pohon yang berlalu dengan cepat secepat kereta yang melaju. Sesekali aku melihat dan mendengar pramugari dan pramugara kereta yang bergiliran menyajikan makanan, minuman, dan juga bantal.
 Hampir tiga jam aku duduk di bangku ini, rasanya sedikit membosankan karena aku hanya sendirian dan ditambah tempat duduk di sampingku sedari tadi kosong. Di gerbongku terdapat layar telivisi cukup besar yang menggantung dan sedang menyajikan sebuah film yang entah judulnya apa, tetapi percuma saja aku menontonnya karena film tersebut tidak ada suaranya dan aku tidak tahu kenapa. Anak kecil yang duduk di depanku terdengar protes kepada orangtuanya perihal film tersebut yang tidak ada suaranya dan kudengar orangtuanya mencoba memberi penjelasan, namun anak kecil tersebut terdengar tidak bisa menerima penjelasan dan bertanya lagi. Menonton film yang tidak ada suaranya dari layar tersebut tidak berhasil memecahkan kebosananku, akhirnya aku hanya bisa mendengarkan musik dari smartphoneku.
 Aku melihat jam yang melingkar di tanganku dan beralih memandang ke tiket keretaku, kulihat sebentar lagi kereta yang aku naiki akan tiba di stasiun tujuanku. Aku mempersiapkan tas dan barang yang aku bawa, kemudian terdengar suara dari pengeras suara yang menyatakan bahwa kereta yang kami naiki akan tiba di stasiun pemberhentian terakhir dan menyuruh penumpang untuk mempersiapkan barang bawaannya agar jangan sampai ada yang tertinggal.
Setelah mendengar suara dari pengeras suara, gerbongku sedikit riuh karena beberapa orang yang sedari tadi diam, entah karena tertidur atau memang tidak ingin berbicara, segera mempersiapkan tas dan barang-barang bawaannya. Beberapa dari mereka sedang menelepon seseorang yang mungkin menjemput mereka. Aku juga mengecek smartphoneku dan mencoba menghubungi sahabatku karena dia akan menjemputku di stasiun. Tidak ada jawaban dari sahabatku ketika aku menghubunginya. Aku mencoba menghubunginya sekali lagi, tetapi sama saja dia tidak mengangkatnya. Aku mengecek percakapan terakhir kami sekitar satu jam yang lalu dan kupastikan dia benar menjemputku. Aku sedikit panik karena takut sahabatku lupa dengan janjinya yang akan menjemputku tetapi aku mencoba menyakinkan diriku bahwa dia tidak akan melupakan janjinya.
Tepat pukul 17.15, kereta yang aku naiki tiba di stasiun pemberhentian terakhir. Aku dan penumpang lainnya segera bergegas keluar dari kereta. Ini adalah pertamakalinya aku menginjakkan kaki di stasiun ini sehingga aku ingin dijemput sahabatku. Stasiun ini memiliki banyak jalur, mungkin karena ini stasiun besar dan kereta yang tadi kunaiki berhenti di jalur yang paling ujung sehingga aku harus berjalan cukup jauh ke arah pintu keluar.
Aku mengecek smartphoneku lagi dan ternyata belum ada jawaban dari sahabatku, oleh karena itu aku memutuskan untuk menunggunya di tempat duduk dekat pintu keluar. Tempat duduk ini menghadap ke arah barat, aku memandang matahari senja yang sudah condong ke arah barat. Sisa-sisa cahayanya masih terpancar melalui gerbong-gerbong kereta yang sedang berhenti.
Suasana senja di stasiun ini cukup ramai oleh orang-orang yang datang dan yang akan pergi. Beberapa kursi dipenuhi oleh mereka yang sedang menunggu waktu keberangkatan. Mungkin hanya aku yang sedang menunggu untuk dijemput karena orang-orang yang tadi satu kereta denganku, kulihat mereka sudah berhamburan ke pintu keluar. Aku melihat kesibukan di stasiun ini, beberapa porter menawarkan jasanya pada para penumpang. Beberapa petugas kebersihan sedang sibuk membersihkan lantai yang mungkin tidak pernah bersih. Lalu lalang orang yang lagi-lagi akan datang dan pergi ramai sekali. Aku mengecek smartphoneku lagi, belum ada panggilan balasan dari sahabatku, aku tidak mengerti kenapa dia susah dihubungi. Aku panik karena aku takut tetap berada di sini tanpa ada orang yang aku kenal dan aku juga takut terjadi sesuatu dengan sahabatku.
Langit mulai gelap, malam sudah datang dan senja sudah berlalu. Lampu-lampu di stasiun mulai dinyalakan, suasana malam terasa lebih hidup. Orang-orang yang tadi duduk menunggu kereta sudah berangkat dan aku sudah melihat keberangkatan dan kedatangan orang-orang berkali-kali. Ini sudah hampir dua jam aku duduk di sini menunggu sahabatku dengan cemas. Aku sudah memutuskan sedari tadi jika sampai dua jam sahabatku belum juga menghubungiku maka aku akan mencoba pulang ke rumahnya yang kurang lebih akan ditempuh satu jam dari sini menggunakan jasa transportasi online.
Setelah dua jam aku menunggu, akhirnya aku memutuskan untuk bergegas karena belum ada kabar dari sahabatku. Aku memberanikan diri berjalan ke pintu keluar untuk memesan transportasi online. Saat sampai di pintu keluar stasiun, tiba-tiba aku melihat ada pesan masuk dari sahabatku. Kubaca isinya yang menyatakan bahwa dia tadi tertidur di rumah karena lelah sekali sehabis dari kampus, oleh karena itu dia terlewat menjemputku. Dia meneleponku dan menyuruhku untuk tetap menunggu karena dia sudah dalam perjalanan ke stasiun untuk menjemputku. Hatiku lega karena tidak terjadi hal buruk pada sahabatku dan aku akan segera bertemu dengannya, meskipun aku sudah lelah menunggunya.


1 comment:

  1. dicoba keberuntungannya bersama dengan kami di ionqq*com
    hanya dengan minimal deposit 20.000
    ayooo buruan bergabung kami tunggu ya ^^

    ReplyDelete