Saturday, April 27, 2019

Surat untuk April

Aku bertanya pada diri sendiri, sebenarnya aku yang terlalu memaklumi atau kau yang memang tidak peduli?
“Jangan menangis lagi ya!” ujarmu padaku sebelum “dag” saat pertemuan terakhir kita lima bulan yang lalu. Hmm sudah lama yaaa.
Satu kali dua puluh empat jam aku menunggu dering handphoneku barangkali ada pesan darimu, nihil.
Dua puluh empat jam berikutnya dan berikutnya tetap sama, tak ada notifikasi pesan darimu, ah barangkali belum, sangkaku.
Hari demi hari berganti, aku takut (lagi) kehilanganmu untuk kesekian kali,
hingga aku menyadari bulan terus berganti dan belum juga ada tanda dari kedatanganmu, baik nyata maupun maya.
Seringkali aku bertanya, pada diri sendiri tentunya, mengapa kau mendiamkanku? Mengapa mengabaikanku? Apa kabarmu? Masih adakah rasa yang kusebut cinta bersemayan dalam hatimu?
Wahai jiwa yang kusebut cinta, bagaimana bisa aku tidak menangis jika sumber dari tangisku adalah kau!
Bagaimana bisa kau melarangku menangis jika sebab dari tangisku adalah kau!
Lantas harus berapa lama lagi aku menunggu?
Menunggumu seperti menunggu Godot, kau adalah keberadaan dari suatu ketiadaan.
Lelahku dipermainkan rasa,

Tapi aku masih punya asa!

1 comment:

  1. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q
    paling diminati di Indonesia

    ReplyDelete