Thursday, July 24, 2014

CERPEN

DI BAWAH RINAI HUJAN
Afifah f
Saat rinai hujan turun membasahi bumi, kilat pun bertebaran dilangit, angin yang berhembus mendinginkan hatiku. Aku tersipu menatap rintik-rintik yang turun, semakin lama semakin deras, tiba-tiba sesuatu bayangan berkelebat diantara rintik-rintik hujan itu. Bayangan dirimu! Ya, itu dirimu, walaupun bukan nyata, walaupun ilusi saja, tapi tak terpungkiri disini aku sedang memikirkanmu, merindukan sosok dirimu. Aku masih berdiri disini menghadap ke jendela kamarku, masih menatap air hujan yang turun, yang membuat bunga-bunga didepan rumahku menggigil dan mampu membuatku bernostalgia. Hujan disiang hari ini membawaku ke masa lalu, saat bersamamu. Saat itu kita berdua masih kecil, masih polos dan kita masih duduk dibangku sekolah dasar. Setiap hujan turun pasti kita bahagia karena kita bisa bermain dibawah rinai hujan, bermain lumpur, berkejar-kejaran, menaiki sepeda dan kita bisa membuat teman-teman kita keluar rumah dan bermain bersama, kita tertawa bersama dibawah rinai hujan. Kita tak peduli pada orang tua kita yang melarang kita karena kita hanya anak kecil yang hanya ingin bermain, bermain dan bermain. Kadang setelah puas bermain air hujan, esoknya kita sakit. Tapi,  kau selalu mengajariku untuk menjadi gadis yang kuat, gadis yang tak cengeng. Aku tersenyum mengingat itu, aku teringat kata-kata yang keluar dari mulutmu yang mampu menghipnotisku, kau selalu berkata begini,”jadilah gadis kecil yang kuat Lavina, tumbuhlah kau menjadi gadis yang kuat, kuyakin suatu saat nanti kau menjadi Lavina yang hebat.” Setiap ku lemah, setiap kusedih kau selalu mengingat kata-katamu. Seperti saat ini, tak terasa butiran bening halus menetes didua belah pipiku. Ku menatap foto aku dan kamu, yang terpajang rapi di pigura bergambar mickey mouse, kartun kesukaanku yang kau kasih padaku saat ulang tahunku yang ke-11. Di foto itu, aku dan kamu sedang tertawa bahagia dibawah rinai hujan. Foto-foto aku dan kamu terajang rapi didinding kamarku, kebanyakan foto saat kita tertawa bahagia dibawah rinai hujan. Kau yang mengusulkan agar aku memasang foto kita dikamarku, “ vin, foto-foto kita dipajang dikamar kamu saja.” Aku heran mengapa kau menyuruhku begitu. “agar kau selalu mengingat masa-masa kecil kita yang penuh tawa dan kebahagiaan, dan kau selalu mengingat aku, sahabatmu.” Aku heran mengapa kau tak memajang foto-foto kita dikamarmu juga, ”asal kau tahu vin, walaupun aku tak memajang foto-foto kita dikamarku, tapi aku memajang kenangan bersamamu diotakku, menanamnya dalam memoriku, mengingatnya dalam benakku dan menempatkannya dalam hatiku, selamanya.” Itu yang kau katakan, membuat hatiku damai. Rinai hujan yang turun semakin deras, angin yang berhembus semakin kencang, membuat tubuhku menggigil. Setiap rinai hujan turun aku pasti terbawa suasana karena dibalik rinai hujan ada kenangan terindah, kenangan aku dan kamu! Aku menatap foto aku dan kamu, saat kita baru saja lulus SD, di foto itu kita tersenyum bangga dan latar belakang foto itu saat rinai hujan! Ya, aku teringat memang saat itu hujan sedang turun deras tapi kita tak pernah takut hujan. Setelah itu kita tumbuh menjadi anak remaja, kita duduk dibangku SMP dan kita masih satu sekolah. Sekolah kita tidak terlalu jauh dengan rumahku dan rumahmu dan karena itu kita selalu bersepeda ke sekolah. Kau tak pernah berubah, kau selalu menjadi sahabatku yang apa adanya. Walaupun kita sudah SMP, kita masih menikmati rinai hujan yang turun. Bermain dan bercanda dibawah rinai hujan, menikmati rahmat Tuhan. Kau selalu berkata, “hujan adalah rahmat Tuhan, dan kita harus selalu mensyukurinya karena memang dibalik rahmat-Nya, Dia menyampaikan pesan.” Aku tahu daerahku adalah kota yang indah terletak di selatan kota Bandung, daerahku menjadi daerah yang paling banyak menerima hujan di Indonesia karena itu tak heran setiap hari hujan turun, kadang deras dan kadang tak deras. Daerahku memiliki potensi alam yang sangat indah, tak percaya? Buktinya saja dipinggir jalan, dipingir pemukiman penduduk, menghampar luas perkebunan teh. Ya teh, salah satu komuditi ekspor Indonesia. Udara yang lembab menyebabkan suhunya dingin dan banyak pula perbukitan disini, bukit-bukit yang sangat indah ditumbuhi pohon cemara dan ada juga edelweiss yang indah diketinggian sana. Aku menatap rinai hujan yang juga belum reda, rindu pun menyeruak didalam hatiku, rindu pada dirmu sahabat. Aku membuka album kenangan saat SMP, saat usia kita bertambah, saat kita menginjak remaja, kau masih setia menjadi sahabatku, aku tak risih bersahabat dengan kamu karena kita sudah bersama sejak kecil, kadang ada saja yang tidak suka denga kita, kadang ada yang mencibir kita karena kita sangat akrab dan kadang ada yang mengakatakan kita seperti orang pacaran, tapi kau selalu berkata “jangan dengarkan kata mereka vin, mereka hanya iri kepada kita” kata-katamu meneyejukkan hatiku, kau tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan, kau baik dan kau disukai banyak orang, terutama kaum hawa. Kadang saat kita tertawa bersama melewati koridor sekolah, banyak sekali wanita pemujamu yang mencibirku, tapi aku tahu kenapa mereka mencibirku karena mereka iri padaku yang bisa berada disampingmu setiap saat, mereka mengagumi ketampananmu, kepintaranmu, dan kebaikanmu. Aku beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu. Diantara wanita pemujamu, ada sosok yang cantik seperti Dea, Ayu, Friska. Mereka sangat menyukaimu dan dekat denganmu, Aku pernah mencoba mendekatkanmu dengan Dea, cewek cantik berpostur tinggi yang sangat terkenal pintar, tapi kau memintaku untuk tidak lagi mendekatkanmu dengan Dea. Pernah juga dengan Ayu, cewek imut sahabatnya Dea, tapi kau juga menolaknya. Pernah juga dengan Friska, cewek putih bermata sipit, pindahan dari Jakarta, tapi kau juga menolaknya dan berkata, “vin dihatiku sudah ada seseorang yang mengisinya, orang yang aku sayangi. Jadi kamu jangan pernah lagi mendekatkanku dengan cewek lain.” Aku tersentak mendengarnya, tapi siapapun wanita yang mengisi hatimu, aku akan selalu mendukungmu walaupun aku tak tahu wanita mana yang beruntung itu. Rinai hujan mulai sedikit reda, katak-katak diluar rumah mulai berkotek riang pertanda hujan sebentar lagi berhenti. Setelah itu cahaya matahari mulai bersinar, sinarnya membias membentuk tujuh warna indah, me-ji-ku-hi-bi-ni-u pelangi yang melengkung diatas danau didekat rumahku, warna yang indah, rahmat Tuhan yan tak terhingga. Walaupun ku tahu pelangi hanya bersinar sebentar setelah itu hujan pasti datang lagi. Katak-katak masih berkotek riang memecahkan kesunyian dalam hatiku, andaikan saja kau masih ada disini pasti aku akan menikmati pelangi didanau bersamamu. Aku rindu gelak tawamu sahabat, apakah kau melihatku? Aku teringat saat itu, setelah rinai hujan reda kau mengajakku kedanau melihat pelangi yang bersinar melengkung diatas danau dengan latar belakang perbukitan. Kita menaiki perahu kecil, menikmati sisa-sisa hujan bersama katak-katak yang berkotek riang, menyambut senja yang sebentar lagi akan tiba. Sore itu adalah sore terindah bersamamu, saat ku mengagumi pelangi kau berkata, “hujan itu sebetulnya butir-butir air berbentuk bola, loh. Ukuran bola air hujan sangat kecil, butir air hujan bening seperti kaca, mata manusia melihat sinar matahari sebagai sinar berwarna putih, warna putih sinar matahari itu sebenarnya gabungan beberapa warna. Nah, keajaiban terjadi saat sinar matahari menembus butir bola air hujan. Ketika menembus air hujan, sinar matahari pecah jadi sinar me-ji-ku-hi-bi-ni-u. hasilnya, kamu melihat pelangi saat matahari bersinar dihari setelah hujan.” Kau menjelaskan dengan gamblangnya, aku takjub mendengarnya, takku sangka pengetahuanmu sangat luas. Tiba-tiba sesuatu perasaan menyeruak dalam hatiku, perasaan yang timbul seperti bunga yang bermekaran, perasaan yang tercipta dari kebersamaan. Awalnya ku tak tahu rasa apa itu,tapi aku tak bisa memungkiri kalau perasaan itu adalah CINTA. Rasa sayang padamu melebihi seorang sahabat, aku tak mau kau tahu tentang ini, aku tak mau menghancurkan persahabatan kita karena kuingat dihatimu sudah ada seseorang yang menempati walaupun kutak tahu siapa orangnya. Aku tak mau mengakui kalau aku jatuh cinta kepadamu, yang notabene sahabatku. Sore itu sore terindah dalam hidupku sobat karena kau mengajariku tentang sesuatu yang belum kuketahui yaitu cinta pertama dan kau cinta pertamaku, tapi kutak mau kau tahu, kutak mau orang lain tahu dan lebih baik ku menyimpannya dalam hatiku. Dan resikonya aku harus bisa menyembunyikan perasaan ini walaupun aku tersika tapi ini demi kamu. Rinai hujan masih rintik-rintik, aku duduk dikursi menghadap kejendela, memandang langit yang masih suram adakah kutemukan bayangan dirimu disana? Kalau saja kau masih disini pasti kita akan menikmati rinai hujan ini dengan senyum bahagia. Tapi kau tak ada disini, hanya sunyi sepi yang kurasa. Kenangan-kenangan indah bersamamu masih terekam jelas dimemoriku, begitupun kenangan saat-saat terakhir kita bersama. Saat itu tahun terakhir kita di SMP, sebentar lagi pngumuman kelulusan, kau datang kerumah ku di saat rinai hujan sangat deras. Awalnya ku tak tahu mengapa kau tiba-tiba datang kerumahku saat hujan begitu deras. Kusambut kau dengan senyuman hangat, kau pun tersenyum padaku tapi kulihat ada keresahan diwajahmu. Kudapati wajahmu begitu sedih, kutak tahu mengapa? Lalu kau berkata,”Lavina, hari ini hari terakhir kita bersama, aku akan pindah keluar kota, maafkan aku Lavina ini bukan keinginan aku!” aku tersentak ingin aku mengeluarkan air mata, tapi kau selalu mengajariku untuk tegar. Aku belum siap berpisah denganmu, aku belum siap menikmati setiap rinai hujan sendiri, aku belum siap melewati hari esok tanpamu! Terlebih kau telah menanam bunga cinta dihatiku, tapi kau berkata,”tetaplah kuat Lavina, percayalah walaupun aku tak bersamamu tapi hatiku selalu bersamamu.” Aku mencoba untuk tetap tenang dan tiba-tiba kau mengatakan sesuatu yang tak terduga,” aku mencintaimu Lavina, aku ingin kau menjadi kekasihkuku, maukah kau menerima walapun kita tak bisa bersama?” aku tak percaya ternyata kau mencintaiku juga, sahabatmu! Bunga-bunga bermekaran dihatiku, aku menjadi wanita paling bahagia saat ini karena kau memilihku. Aku tersenyum dan mengangguk pelan, lalu kulihat raut wajah bahagia dimukamu, sejurus kemudian kau memelukku. Perasaan aneh itu meletup-letup dalam hatiku menciptakan bunga-bunga indah yang menyeruak memenuhi ruang isi hatiku. “aku berjanji akan selalu menemuimu setiap minggu.” Katamu. Kau memberiku seikat bunga mawar indah. Hatiku bahagia sekaligus sedih, walaupun begitu aku sudah memiliki hatimu. Hari itu menjadi hari bahagia dalam hidupku karena kau cinta pertamaku mengungkapkan rasa itu kepadaku saat rinai hujan. Sekaligus menjadi hari yang menyedihkan karena ku tak bisa menikmati rinai hujan yang turun bersamamu lagi. Semenjak kau pergi dariku, hariku menjadi sepi tanpa canda tawamu. Setiap hariku hanya sendiri menikmati rinai hujan, tanpamu. Tapi, kau selalu menepati janjimu, setiap akhir pekan kau selalu datang kesini untuk menemuiku. Setiap akhir pekan adalah hari terindah bagiku karena aku bisa bertemu denganmu, melihat senyum indahmu dan menikmati rinai hujan bersama. Walaupun hanya satu hari saja, tapi bagiku satu hari itu sangat panjang bila bersamamu. Tak terasa hubungan yang kita bina sudah beranjak satu tahun, aku sangat bahagia sekali bisa bertahan satu tahun. Siang itu kau berjanji akan menemuiku,walaupun itu bukan akhir pekan tapi kau ingin merayakan satu tahun hubungan kita disini. Kau datang padaku dengan membawa seuntai bunga, setibanya dirumahku kau mengajakku kedanau. Tak ku sangka didanau kau meyiapkan kejutan untukku. Hatiku berbunga-bunga betapa beruntungnya aku memilikimu. Siang itu tiba-tiba hujan turun deras, tapi itu tak menghancurkan kebahagiaan kita, kita selalu menikmati rinai hujan bukan? Tapi pada saat itu hujan turun sangat deras tak seperti biasanya, disertai angin kencang. Aku sangat takut, kau menenangkanku. Kita putuskan untuk pulang karena angin sangat kencang dan hujan semakin deras. Aku tak bisa melihat dengan jelas dan kurasa kau pun begitu karena hujan yang sangat deras itu menghalangi pandangan kita. Saat kita menyeberang tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan maksimal, mobil itu melaju tepat saat kita menyeberang, refleks kau mendorongku sampai jatuh dipinggir jalan, tap kumelihatmu tertabrak mobil itu! Aku terpaku melihatnya, tubuhmu terpental beberapa meter, aku mendapati dirimu sudah tak sadarkan diri, darah keluar mengalir deras. Aku tak bisa menerima semua, orang yang menabrakmu sudah melarikan diri. Sejurus kemudian suara sirene ambulans menderu-deru diudara, sayang nyawamu tak terselamatkan, kau pergi untuk selama-lamanya. Ku tak menyangka kau pergi begitu cepat, meninggalkan ku sendiri. Hari itu juga kau dimakamkan, air mata terus mengalir deras didua belah pipiku, tak henti-hentinya. Hari ini adalah hari peringatan hubungan kita tapi hari ini juga peringatan kau pergi. Hujan sudah mulai reda, aku harus kemakammu untuk memperingati semua ini.
Disini, diatas pusaramu kutaruh seikat bunga agar kau tahu aku masih setia padamu. Aku sangat merindukanmu, aku sangat menyayangimu. Sebagai tanda cintaku, kukecup nisanmu dengan segenap hatiku. Air mata mengaliri pipi ini, tak kuasa aku menahan rindu padamu. Namun kita sudah berpisah, aku harus bisa melepaskanmu. Hari sudah senja, aku harus pulang! Terakhir aku membaca apa yang tertera dinisanmu…
RIP
JASON RADITYA
LAHIR :14 FEBRUARI 1995
WAFAT :15 MEI 2012

The End
Desember, 2011


No comments:

Post a Comment